Pustaka Festival Film di Indonesia
Perbincangan mengenai festival film di Indonesia dimulai melalui tulisan mengenai pengalaman pembuat film menghadiri festival film. Awalnya tulisan tersebut terbit di media massa, kemudian hadir bersama tulisan tentang film dalam bentuk buku.
2019: Bukan Sekadar Jumlah Penonton
Kumpulan data-data angka tersebut tidak mewakili gambaran utuh keadaan industri dan masih sangat membutuhkan analisis-analisis lain dengan pendekatan multidisiplin-multidimensi.
Analisis Industri Film Indonesia 2019
Buku Pandangan Umum Industri Film Indonesia 2019 dapat diunduh secara cuma-cuma, sebagai referensi perihal analisis tahunan industri film Indonesia.
Film Nasional Versus Bioskop
Sekitar sepuluh tahun lalu bioskop Blok M Plaza 21 sangat potensial bagi film nasional. Bahkan, pernah terjadi seluruh enam layarnya memutar hanya film nasional. Itu tak pernah terjadi lagi. Mengapa?
Penganugerahan Piala Citra Festival Film Indonesia 2020
Sabtu malam, 5 Desember 2020, panitia penyelenggara Festival Film Indonesia melangsungkan Malam Anugerah Piala Citra Festival Film Indonesia (FFI) 2020. Melalui pembacaan secara bergantian, inilah daftar film-film yang memperoleh penghargaan Piala Citra, FFI 2020.
Nominasi FFI 2020
Sabtu, 07 November 2020, penyelenggara Festival Film Indonesia (FFI) mengumumkan daftar nominasi penerima penghargaan FFI 2020.
Unduh buku Pandangan Umum Industri Film Indonesia 2019
Buku Pandangan Umum Industri Film Indonesia 2019 dapat diunduh secara cuma-cuma, sebagai referensi perihal analisis tahunan industri film Indonesia.
Marcel Batara Goempar: "Posesif" Dan Permainan Eksplorasi Ruang
Sinematografi film ini berbeda dari film-film remaja lainnya, di sini dunia remaja bukan gambar lembut dan cerah berwarna-warni mencolok yang menyarankan keceriaan dan semacam kenaifan melainkan gambar tajam yang berwarna cenderung realistis dan berkesan kontemplatif.
CLC Purbalingga: Edukasi Film, Edukasi Politik
Cinema Lovers Community (CLC) adalah komunitas lokal yang sudah membuktikan diri tahan banting. “Puncak” kegiatan komunitas ini adalah Festival film Purbalingga yang berlangsung setahun sekali selama bulan Mei. Festival ini juga punya program unik: Layar Tanjleb yang diadakan dari desa ke desa. Hambatan-hambatan yang dihadapi komunitas ini membuka mata para pengurusnya bahwa kegiatan “mencintai” film ternyata harus berhadapan dengan urusan sosial-politik lokal, seperti bisa dibaca dari wawancara Windu Jusuf, penulis FI dan Cinema Poetica dengan para aktivis CLC berikut.
Benni Setiawan: Jatah Layar untuk Film Lokal Sedikit Sekali
Saya justru menyayangkan soal distribusi layar bioskop. Katakanlah begini, seharusnya ada kesempatan bagi film-film Indonesia untuk jadi tuan rumah. Kasih kesempatan lebih besar agar jumlah orang yang nonton juga makin banyak.
Sekilas Mengenang Edward Pesta Sirait (7 Agustus 1942 – 12 Januari 2019)
Setelah dirawat di RS Pondok Indah, Jakarta, karena komplikasi diabetes sejak Kamis 3 Januari 2019, Edward Pesta Sirait, sutradara puluhan film dan ratusan seri sinetron Indonesia, akhirnya meninggal dunia di ruang perawatannya pada hari Sabtu 12 Januari 2019, pukul 17:58 WIB. Sejak malam harinya jenazah disemayamkan di rumahduka RS Dharmais, Jakarta, lalu dimakamkan pada siang hari Senin 14 Januari di Sandiego Hills, Karawang Barat. Edward, yang disebut Edo oleh teman-temannya, meninggalkan 16 orang kesayangan terdekatnya: isterinya, Gottina Tiapul br Tambunan, empat anak dan empat menantu, serta tujuh cucu.
Lukman Sardi: Jangan Sampai Ada Korban Lagi
Ada satu perubahan yang yang kita kenal dengan reformasi, tapi korban yang berjatuhan juga banyak. Kan maunya kejadian itu tidak terulang lagi. Kalau mau ada perubahan ke arah yang bagus, ya bagus. Namun, jangan sampai ada korban.
Eva Celia: This Is a Dream Come True!
Kalau ada tawaran lagi untuk berpartisipasi dalam film laga, saya percaya kalau saya sanggup. Dengan catatan, standarnya seperti film ini. Soalnya sejak kecil saya memang sudah menyukai genre ini. Bisa ikut bermain dalam film ini adalah mimpi yang jadi kenyataan. This is a dream come true!”
Pustaka Festival Film di Indonesia
Perbincangan mengenai festival film di Indonesia dimulai melalui tulisan mengenai pengalaman pembuat film menghadiri festival film. Awalnya tulisan tersebut terbit dalam media massa, kemudian diterbitkan bersama tulisan mengenai praktik film lainnya dalam bentuk buku
Perkembangan Film Indonesia 2019: Bukan sekadar jumlah penonton.
Dalam paparan tentang perkembangan industri film, indikator kuantitatif hanyalah pijakan awal untuk membaca dan memahami kondisi dan pertumbuhan industri. Kumpulan data-data angka tersebut tidak mewakili gambaran utuh keadaan industri dan masih sangat membutuhkan analisis-analisis lain dengan pendekatan multidisiplin-multidimensi.
Membicarakan Penonton Festival Film Kekinian
Seiring dengan pertumbuhan kegiatan perfilman di Yogyakarta, festival film juga lahir dan berkembang atas dukungan penonton. Kehadiran penonton menjamin keberlangsungan peristiwa budaya semacam ini.
Cerita dari Grobogan
Oleh kritik perfilman Indonesia, peta perkembangan perfilman Indonesia umumnya disederhanakan menjadi dua bagian saja, yakni masa awal perkembangan dimana film-film Indonesia dikategorikan sebagai dalam masa perjuangan, dan masa sesudahnya dimana film lebih diperlakukan sebagai barang dagangan.
Bumi Manusia, Bumi Masyarakat Kontemporer dengan Persoalannya
Ramainya perhatian orang terhadap Bumi Manusia bahkan sejak penentuan siapa sutradaranya ketika novel karya Pramoedya Ananta Toer itu hendak dibikin film, terus terang lumayan menarik perhatian saya. Ketika film beredar, saya menonton pada hari kedua film tersebut diputar di bioskop di Bogor. Dari situ saya terdorong untuk membikin catatan ini.
Catatan yang saya buat mencoba menyorot dua aspek. Pertama, aspek alih medium, dari buku ke film. Kedua, bagaimana konsekuensi dari pengalihan medium, dalam hal ini dari buku ke film, terutama pada segi estetik. Film, selain sebagai produk industri dan barang dagangan, adalah juga produk estetik. Pada konsekuensi pengalihan medium saya sedapat-dapatnya membatasi pada hal terakhir itu saja.
Realisme Komersil A Copy of My Mind
Film ini tidak sepenuhnya gagal menceritakan kisah manusia-manusia gagal, tapi ada diskrepansi yang signifikan di antara temanya yang personal dan bahasanya yang komersil—yang sering memaksakan yang personal menjadi politikal, dan yang politikal menjadi personal.
Amink mendapat peran lintas gender di 3 film: Madame X, Bukan Malin Kundang, Gara-gara Bola.
Bioskop Belum Memihak Film Nasional
- 56
- 26.79%
- 73.21%
- Asih 2 - 249.168
- Bangkitnya Mayit:… - 20.120
- De Toeng: Misteri… - 24.433
- De Toeng: Misteri… - 24.433
- Bangkitnya Mayit:… - 20.120
2020
- Milea: Suara dari… - 3.157.817
Sejak 2008
- Warkop DKI Reborn:… - 6.858.616
1973 - 1994 di Jakarta
- Pengkhianatan G-30-S PKI - 699.282