Sampai menjelang akhir film, perbedaan terlihat sebagai takdir yang indah. Sayang, grading warna yang mendekati sephia sangat mengganggu penggambaran keindahan itu. Termasuk keindahan alam Bali yang seharusnya menjadi bonus buat penonton. Lebih sayang lagi, Erwin malah menghancurkan sendiri wisdom yang ingin dibagi kepada penonton dengan akhiran yang sangat tragis.
Sangat disayangkan Erwin Arnada seperti ingin cepat-cepat menyelesaikan filmnya, seperti tak mau repot-repot dengan cinta lintas agama, ujian terakhir potret harmoni dalam Rumah di Seribu Ombak.
Ujian paling penting dari persahabatan antarpenganut agama dalam hal percintaan tidak dihadapi pembuat film dengan gagah dan cerdas, tapi dilarikan dengan pemecahan yang gampangan.