“Kita merasa harus masuk, nyemplung menjadi importir. Sekarang ini izin perusahaan kami sedang diurus,” Ilham Bintang menjelaskan perihal perusahaan impor film yang dikepalai oleh dirinya, Raam Punjabi, dan AM Hendropriyono. Hal tersebut ia sampaikan pada sebuah diskusi Monopoli Impor dan Distribusi Film Asing yang diadakan di Hotel Four Seasons, 3 Agustus lalu. Bertemu di Singapura beberapa minggu lalu, ketiganya memutuskan untuk mendirikan perusahaan PT Sinar Surya Sinema.
Keputusan mendirikan perusahaan tersebut, salah satunya untuk membuktikan apakah pemerintah masih memiliki itikad baik dalam menyelesaikan permasalahan monopoli peredaran film impor. Pada tanggal 26 Juli 2011, Menteri Keuangan Agus Martowardojo pernah berjanji untuk memberantas praktik monopoli film impor di Indonesia. Ia berharap akan bermunculan perusahaan impor film, selain Omega. Agus Martowadojo juga menyampaikan telah mendapat sinyal yang sama dari Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik, untuk membereskan monopoli distribusi film. Pernyataan ini adalah salah satu yang mendasari berdirinya PT Sinar Surya Sinema.
Komisaris Utama Blitz Megaplex, AM Hendropriyono, merasa tindakan yang dilakukan oleh Menbudpar, sangat mendukung monopoli peredaran film impor. “Menbudpar memasukkan film Harry Potter dan Transformer dan membanggakan hal tersebut. Menurut saya, hal itu bukan urusan menteri. Bukankah ketika hal itu terjadi, MPA yang mendapat duitnya? Seharusnya Menbudpar memberantas monopoli, bukan semata-mata film impor bisa masuk Indonesia saja.”
Mantan Ketua Badan Intelijen Negara itu mengakui ia mengalami kerugian dengan adanya masalah peredaran film impor ini, tapi apa yang ia lakukan bukan semata-mata karena kerugian tersebut. Menurutnya para investor akan berani untuk bergabung, apabila monopoli sudah tidak dijalankan lagi. “Tapi ternyata monopoli terjadi lagi, dengan hadirnya Omega. Mau sampai kapan begini terus? Nanti kalau ditagih pajak lagi, MPA akan memboikot film-filmnya, lalu kita hanya bisa gigit jari lagi,” ujarnya.
Ketika ditanyakan tentang alasan tidak adanya kantor perwakilan di Jakarta, Raam Punjabi menjelaskan, kekhawatiran pihak MPA adalah kurangnya gedung bioskop yang dapat menjamin peredaran film-film mereka. “Akan mudah untuk membangun 1.000 gedung bioskop, tetapi dengan adanya monopoli, akhirnya kekuatan tersebut akan muncul lagi di satu tempat.”
Hendropriyono sendiri pernah melaporkan perihal monopoli peredaran film ke Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). “Waktu itu di saat KPPU diketuai oleh Benny Pasaribu. Untuk permasalahan sekarang ini saya juga sudah mengirimkan Presiden Direktur Blitz Megaplex, ke MPA Pusat di Amerika, serta Duta Besar Amerika untuk Indonesia. Sebelumnya, saya juga pernah menghadap ke Menbudpar, karena saya juga menyampaikan beberapa pemikiran berkaitan dengan penyehatan masyarakat perfilman,” jelas Hendropriyono.
Disinggung mengenai keterlibatan keluarga presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Ilham Bintang menjelaskan, “Kalau keluarga istana diduga terlibat, kita harus memiliki faktanya. Kita belum punya fakta hukum itu. Saya tidak tahu persis siapa orangnya, karena Persiden saja seharusnya tidak bisa mengubah undang-undang.” Hendropriyono juga menambahkan, “Di saat orang sedang ketakutan, ada kalanya ia langsung menunjuk satu nama sebagai backingnya. Jadi karena dia salah mengemplang pajak, dia lalu menunjuk Cikeas. Saya bukan membela presiden, tapi ini pandangan dari sisi lain, lagipula hal ini juga sudah dibantah.”
Untuk mendirikan PT Sinar Surya Sinema, ketiga pendirinya menyiapkan modal masing-masing tiga miliar rupiah. Hendropriyono nantinya akan menjabat sebagi Komisaris Utama, Raam Punjabi menjadi Direktur Utama, sedangkan Ilham Bintang menjabat sebagai direkturnya (Kontan, 5 Agustus 2011, hlm 1).