Artikel/Berita Kineforum Misbar: Siasat Bioskop untuk Rakyat

Kineforum Dewan Kesenian Jakarta bekerjasama dengan Jakarta Biennale 2013 menyelenggarakan kineforum MISBAR: sebuah bioskop temporer dengan desain kontemporer di ruang terbuka, yang memutar film-film Indonesia klasik maupun kini. Acara yang didukung Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta ini akan berlangsung pada 10-16 Desember 2013 di Lapangan Futsal MONAS (masuk dari Pintu Timur Laut, seberang Gedung Pertamina).

Konstruksi bioskop yanag dirancang oleh dua arsitek, Melissa Liando (Indonesia) dan Laszlo Csutoras (Hungaria), mengadaptasi konsep menonton layar tancap. Layar kineforum MISBAR berukuran 40 m x 16 m, dengan kapasitas 150-200 orang, serta didukung sistem audio-visual yang mumpuni. Bangunan kineforum Misbar dibuat menggunakan material terjangkau dan dapat digunakan kembali setelah akhir pertunjukan. Struktur yang digunakan adalah sistem pipa scaffolding sewaan yang fleksibel dan memungkinkan perakitan cepat, kemudian dilapisi bahan-bahan sederhana lainnya. “Sebagai arsitek, kami berdua memiliki ketertarikan khusus untuk menciptakan arsitektur yang dipadukan dengan agenda sosial. Desain kami pada dasarnya memadukan prinsip misbar (gerimis bubar) dengan bioskop modern.” ujar kedua arsitek dalam pengantar kegiatan.

Di tahun 70-80an, layar tancap populer sebagai hiburan rakyat, tetapi kini mulai jarang ditemukan. kineforum MISBAR tidak hanya menjadi media nostalgik tentang layar tancap, tetapi juga ditujukan untuk memberikan alternatif ruang dan pengalaman menonton bagi publik Jakarta, sesuai kegiatan kineforum selama ini. Kineforum MISBAR merupakan salah satu siasat untuk membawa film ke tengah warga. sesuai tema Jakarta Biennale 2013 tahun ini: “Siasat”. “kineforum MISBAR hadir sebagai tanggapan atas kurangnya bioskop untuk rakyat.” ujar Sugar Nadia, Manajer kineforum, dalam pengantar acara.

Kurator Adrian Jonathan dan Mahardhika Yudha memilih film-film Indonesia dari berbagai era. Mulai dari film Apa jang Kau Tjari, Palupi? (1969), Kejarlah Daku Kau Kutangkap dan Naga Bonar dari era tahun 80-an, sampai Rumah Dara yang diproduksi pada tahun 2000 ke atas. “Film-film yang diputar adalah hasil dari serangkaian siasat dengan berbagai pertimbangan, termasuk kualitas tayang dan yang paling kentara tentunya adalah tema siasat sejarah pada sejumlah film popular dari berbagai zaman. Beberapa merupakan cerita ringan tentang upaya warga menyiasati kehidupan ibukota. Pun ada dua film yang merupakan siasat sekelompok anak muda untuk membaca lingkungannya lewat sinema.” ujar kedua kurator dalam pengantar program. Penayangan film Indonesia ini diharapkan bisa kembali mendekatkan film Indonesia dengan masyarakatnya. Penayangan film berlangsung tiap pukul 19.00 dan 21.00. Khusus hari Jumat, Sabtu, dan Minggu ada pemutaran tengah malam yang dimulai pukul 00.00.

Pada 12 Desember 2013, kineforum MISBAR juga akan menjadi tempat peluncuran film Darah dan Doa (Usmar Ismail, 1950) oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Kedua acara khusus tersebut hanya untuk undangan, tetapi akan diputar untuk umum di hari lain. Selain dua kegiatan tersebut, penayangan film-film di kineforum MISBAR terbuka untuk publik dan gratis.

Jadwal Pemutaran:

Selasa, 10 Desember 2013

  • 19.00 Pembukaan  

Rabu, 11 Desember 2013

  • 19.00 Pengemis dan Tukang Becak (Wim Umboh, 1979)
  • 21.00 Lovely Man (Teddy Soeriaatmadja, 2011)

Kamis, 12 Desember 2013

  • 19.00 Peluncuran Hasil Restorasi Darah dan Doa (Usmar Ismail, 1950)*

Jumat, 13 Desember 2013

  • 19.00 Janji Joni (Joko Anwar, 2005)
  • 21.00 Belkibolang (Omnibus, 2010)
  • 24.00 Rumah Dara (Mo Brothers, 2010)

Sabtu, 14 Desember 2013

  • 19.00 Ambisi (Nya Abbas Akup, 1973)
  • 21.00 Naga Bonar (MT Risyaf, 1986)
  • 24.00 Sinema Purnama (Omnibus, 2012)

Minggu, 15 Desember 2013

  • 19.00 Kejarlah Daku Kau Kutangkap (Chaerul Umam, 1985)
  • 21.00 Badut-Badut Kota (Ucik Supra, 1993)
  • 24.00 Apa jang Kau Tjari, Palupi? (Asrul Sani, 1969)

Senin, 16 Desember 2013

  • 19.00 Bibir Mer (Arifin C. Noer, 1991)
  • 21.00 Darah dan Doa (Usmar Ismail, 1950)

*KHUSUS UNDANGAN