“Saya bangga melihat film nasional sekarang ceritanya kian beragam. Para sineas kita makin kreatif membuat film berkualitas, entah itu komedi, horor atau drama,“ ungkap Rima Melati, salah satu anggota juri FFI 2012 Sabtu malam (8/12) di Yogya sehabis acara pengumuman pemenang FFI 2012.
“Proses penjurian jadinya ketat. Seperti yang saya bilang di atas panggung tadi, dulu film terbaik FFI haruslah film yang menang penyutradaraan, sinematografi, skenario, dan penyuntingan gambar. Sekarang kita harus melihatnya lain lagi. Tentu, film terbaik haruslah yang memenuhi dasar-dasar pembuatan film. Tapi juga film pemenang haruslah mencerminkan pendirian festival. Semboyan FFI tahun ini kan Film Kita, Wajah Kita.”
“Harapannya, sineas kita bisa memberikan hasil yang sama atau malah lebih baik lagi ke depannya,” tambah aktris kawakan pemenang Piala Citra ini. “Penonton kita juga sekarang kian cerdas dan pintar untuk memilih film yang mereka tonton. Ini bisa menjadi motivasi tambahan untuk sineas kita”
Seperti diketahui Tanah Surga... katanyakeluar menjadi film terbaik Festival Film Indonesia 2012. Film karya Herwin Novianto tersebut juga meraih lima penghargaan lainnya untuk sutradara, penulis cerita asli, pengarah artistik, penata musik, dan pemeran pendukung pria terbaik. Film lainnya yang meraih lebih dari satu penghargaan adalah Rumah di Seribu Ombak. Film karya Erwin Arnada tersebut menang tiga dari delapan nominasi, plus satu penghargaan khusus aktor muda terbaik untuk Dedey Rusma. Sementara itu, Dilema, Lovely Man, Test Pack, dan Demi Ucokmasing-masing memperoleh satu penghargaan.
Ada 15 film yang lolos seleksi dari 45 film bioskop yang diterima panitia FFI.
Harapan Film Pendek
Film pendek terbaik FFI tahun ini dimenangkan oleh Wan An. Film yang sebenarnya merupakan tugas akhir Yandy Laurens di Institut Kesenian Jakarta ini bercerita tentang pasangan kakek-nenek keturunan Tionghoa. “Film ini unggul di pencapaian teknis. Penggarapan idenya pun baik,” tutur Fajar Nugros, ketua dewan juri film pendek, “Saya pribadi mementingkan gagasan dalam menilai film pendek. Namun, penjurian kan juga harus mengacu pada Buku Panduan FFI, di mana film terbaik adalah film yang memiliki pencapaian estetika tertinggi.”
Dewan juri film pendek turut memberi dua penghargaan khusus untuk Langka Receh (Miftakhatun & Eka Susilawati, Purbalingga) dan Boncengan (Senoaji Julius, Yogyakarta). “Langka Receh menarik banyak perhatian juri, karena ceritanya yang jujur dan dekat dengan kehidupan sehari-hari. Cara berceritanya pun efektif,” tutur sutradara Queen Bee dan Cinta di Saku Celana ini, “Saya pribadi ingin FFI memberi harapan untuk pembuat film pendek dan masyarakat secara umum. Kami ingin memunculkan nama baru, bakat baru, dan anak-anak pembuat Langka Receh ini sungguh potensial. Gagasan mereka sangat baik, walau kemampuan teknis mereka memang masih ketinggalan, tapi saya yakin itu bisa diperbaiki di film-film berikutnya.”
Total ada 185 film pendek yang diterima panitia FFI tahun ini. Jumlah ini meningkat drastis dari 98 film di tahun 2011 dan 72 film di tahun 2010. “Kalau dari yang saya tonton, saya melihat banyak sekali film-film pendek bertema cinta tahun ini. Suami-istri, pacaran. Wan An sendiri juga film cinta kan,” jelas Nugros, “Saya juga mencatat film-film pendek Purbalingga yang banyak bicara isu sosial di sekitar mereka, sangat jujur. Ada yang idenya besar seperti buruh anak-anak dan sebagainya, ada juga yang idenya sangat keseharian seperti Langka Receh.”
Catatan Film Dokumenter
Di Batas Kekuasaan menjadi pemenang Piala Citra untuk film dokumenter terbaik tahun ini. Film karya Nur Fitriah Napiz dianggap istimewa karena usahanya menyorot dinamika pilkada lewat kehidupan sebuah keluarga. “Kami para juri tentunya melihat pencapaian-pencapaian dasar filmnya terlebih dahulu,” tutur Arturo GP, anggota juri dokumenter, “Barulah kemudian mencari apa yang istimewa dari film ini, bisa dari kontennya, bisa dari relevansi sosialnya.”
Dewan juri dokumenter juga memberikan penghargaan khusus untuk A Short Story of Raden Saleh Syarif Bustaman dan “Bena” Eksotika Megalitik. “Film tentang Raden Saleh itu menarik karena mencatat sebuah garis sejarah penting bangsa kita. Cara bertuturnya juga menarik. Hanya menggunakan lukisan-lukisan Raden Saleh, tapi bisa bicara banyak,” jelas sutradara film dokumenter kelahiran 26 Februari 1959 ini, “Bena istimewa karena mampu menjaga gambar dengan tata sinematografi yang baik. Kami para juri bisa menangkap kalau alat yang digunakan sulit sekali, dan pembuat film mampu memanfaatkannya dengan baik.”
Ada 75 film yang diseleksi juri dokumenter tahun ini, meningkat dari 60 film peserta tahun lalu. “Satu hal yang patut diapresiasi di sini adalah banyaknya dokumenter televisi, khususnya Kompas TV. Jadinya, banyak sekali keadaan sosial kita yang tercatat, mulai dari sejarah, politik, dan multikulturalisme. Penggarapannya pun kebanyakan baik, sehingga bisa jadi materi yang edukatif bagi publik,” jelas Arturo GP, “Ada juga beberapa dokumenter daerah, maksudnya yang diproduksi oleh pemda. Ada juga yang dibuat oleh pribadi, tapi tak banyak jumlahnya.”
JURI FILM BIOSKOP
M. Sobari (ketua), Hartanto, Bustal Nawawi, Prof. Dr. Siti Musdah Mulia, Bobby Sandy, Idris Sardi, Rima Melati, Yudi Datau, Agni Ariatama, Aline Jusria, Tengku Russian, Mayong Suryolaksono, Cok Simbara, N Riantiarno, Radar Panca Dahana
JURI FILM PENDEK
Fajar Nugross (ketua), Gotot Prakosa, Happy Salma, Bambang Supriadi, Clara Shinta
JURI FILM DOKUMENTER
Hadi Artomo (ketua), HM Soleh Ruslani, Arturo GP, IGP Wiranegara, Rae Sita Supit
DAFTAR PESERTA FILM BIOSKOP
#republiktwitter
18++
Ambilkan Bulan
Ayah, Mengapa Aku Berbeda?
Brandal-brandal Ciliwung
Brokenhearts
Cinta di Saku Celana
Cinta Suci Zahrana
Cita-citaku Setinggi Tanah (1 nominasi)
Demi Ucok (8 nominasi, 1 penghargaan)
Dilema (4 nominasi, 1 penghargaan)
Garuda di Dadaku 2 (3 nominasi)
Hafalan Shalat Delisa
Hello Goodbye (5 nominasi)
Hi5teria
I Love You Masbro
Jakarta Hati
Lo Gue End
Love is You
Lovely Man (7 nominasi, 1 penghargaan)
Malaikat Tanpa Sayap
Mama Cake
Mata Tertutup (1 nominasi)
Modus Anomali (1 nominasi)
Mother Keder
Negeri 5 Menara
Pasukan Kapiten
Perahu Kertas 1 (4 nominasi)
Perahu Kertas 2
Perempuan Sasak Terakhir
Radio Galau FM
Rayya, Cahaya di Atas Cahaya (3 nominasi)
Rumah di Seribu Ombak (8 nominasi, 3 penghargaan, 1 penghargaan khusus)
Rumah Kentang
Sampai Ujung Dunia
Sang Martir
Sanubari Jakarta
Seandainya
Soegija (7 nominasi)
Sule, Ay Need You
Tali Pocong Perawan 2
Tanah Surga... katanya (8 nominasi, 6 penghargaan)
Test Pack, You're My Baby (3 nominasi, 1 penghargaan)
The Witness
Ummi Aminah (lolos seleksi)