Artikel/Berita Perbatasan Membuka FFD 2011

Penyambutan tamu di Pembukaan FFD 2011 (Foto: FI)Susya (Palestina, Israel) dan Indonesiaku di Tepi Batas (Indonesia) menjadi film pembuka pada Festival Film Dokumenter (FFD) ke 10 di Societet, Taman Budaya Yogyakarta, 5 Desember 2011. Kedua film tentang perbatasan tersebut dianggap mewakili tema FFD tahun ini: "Sejarah", dengan seruan Historia Docet! dan tagline "Merekam yang tersisa, mencari yang tersembunyi, menemukan kearifan semesta".

"Dua film ini dipilih karena kedekatannya dengan tema karena sama-sama tentang perbatasan. Berdasarkan semua film yang kami tonton, kami diskusikan, dua film ini yang terpilih," ujar Franciscus Apriwan, Koordinator Festival. Acara yang dihadiri sekitar 300 orang ini juga dibuka dengan sambutan Jonathan Yendall dari Kedutaan Besar Kanada, penyerahan secara simbolis layang-layang, serta penampilan musik akustik.

Iwan, panggilan dari Franciscus Apriwan, menjelaskan bahwa tema "Sejarah" merupakan peringatan pelaksanaan FFD yang sudah mencapai satu dekade. "Jadi, untuk melihat perjalanan kami, sudah sejauh apa, sih? Atau jangan-jangan hanya diam saja di tempat." Sedangkan bagi Suryo Adhi Wibowo, yang membantu Iwan sebagai koordinator festival, FFD yang merupakan salah satu kegiatan rutin dari Komunitas Dokumenter, juga berperan dalam mengajak anak muda berkarya dokumenter sekaligus mempopulerkan dokumenter yang selama ini dianggap membosankan. "Setiap tahun anak muda yang datang lumayan banyak. Kami usahakan agar tidak berjarak dengan mereka, dengan tidak menurunkan kualitas film yang diputar, tetapi dicari judul atau tema yang masih dekat dengan kehidupan mereka." Mulai tahun 2007 juga diadakan program Master Class agar ada kesempatan untuk belajar dan berbagi pengetahuan serta pengalaman tentang membuat film dokumenter.

Tahun ini ada 14 film dokumenter yang terpilih menjadi finalis kompetisi FFD dari 49 karya dari berbagai kota di Indonesia. Is It You, Gulma yang Bernilai Guna, Saya Merasakan, dan Pangkeng berkompetisi pada kategori dokumenter pelajar; Bukit Bernyawa, Kembali Merajah Mentawai, Ten Days for Five Centuries, No Place Like Home, dan Indonesiaku di Tepi Batas berkompetisi pada dokumenter kategori pendek; dan Walk Together, Rock Together, Dongeng Rangkas, dan Hidup untuk Mati berkompetisi pada kategori dokumenter panjang. Film-film ini akan dinilai masing-masing oleh tiga juri yang terdiri dari akademisi, pembuat film, dan peneliti sosial.

Selain itu, ada 36 film dokumenter lainnya dari mancanegara yang dibagi ke dalam tiga program: Perspektif, SEA Doc (yang tahun ini berfokus pada negara Thailand), Spektrum, dan Pemutaran Khusus (Metamorfoblus, Batik Our Love Story, dan A Grin Without A Cat). FFD yang meliputi pemutaran film, diskusi, seminar, dan presentasi ini akan berlangsung sampai tanggal 10 Desember 2011 (malam penganugerahan) di Societet, Ruang Seminar, Amphiteater Taman Budaya Yogyakarta, dan Lembaga Indonesia Prancis (LIP) Yogyakarta. Jadwal dan informasi lengkap bisa dilihat di situs web resmi Festival Film Dokumenter 2011.