Artikel/Sosok Donita Kagum dengan Cara Kerja Nayato

Sosok Redaksi FI 18-01-2012

Donita ketika premier film My Last Love di Jakarta, Januari 2012 (Foto: Abi)Tiga kali sudah Donita bekerja sama dengan Nayato Fio Nuala yang  dikenal sebagai sutradara terproduktif di tanah air. Dan dari ketiga judul film yang dibintanginya itu dirinya paham dengan cara kerja sang sutradara. Walau tidak mau berkomentar banyak, Donita justru lebih melihat hasil akhir. Metode Nayato ternyata membuat Donita kagum. "Cepat bukan berarti jelek, cepat bukan berarti asal, toh hasilnya juga bagus. Kalau bisa cepat kenapa harus lama," ungkapnya.

Sebelum My Last Love, Donita bekerja sama dengan Nayato dalam film Pocong Rumah Angker (2010) dan Kehormatan di Balik Kerudung (2011). Di Kehormatan di Balik Kerudung, Nayato hanya bertindak sebagai penata kamera. Walau kerap tidak  menggunakan skenario ketika syuting, Donita tetap menemui kesulitan saat terlibat dalam film Nayato. "Semua nggak gampang. Apapun perannya, semuanya sulit dan penuh tantangan. Bagi aku semua peran menantang, siapa pun sutradaranya," jelas bontot dari dua bersaudara itu.

Untuk perannya kali ini Donita mengaku mendapat pengalaman baru lagi. Tokoh yang diperankannya belum pernah ia mainkan. Inilah yang menjadi salah satu alasan menerima tawaran bermain My Last love. "Ceritanya beda. Di sini aku jadi orang lumpuh, hal yang belum pernah aku coba. Aku sih yakin pengalaman adalah guru terbaik dan aku banyak dapat pengalaman di sini. Salah satunya: jangan pernah berhenti untuk bersyukur," paparnya.

Banyak hal yang disyukuri Donita ketika merasakan kesusahan Angel (tokoh dalam film itu). Salah satunya adalah betapa beruntungnya bagi siapa pun yang bisa berjalan secara normal di atas kedua kaki mereka. "Aku coba bagaimana beratnya bawa kursi roda. Dan betapa nyamannya bisa berjalan normal dengan kaki kita. Banyak hal yang bisa kita ambil dari film ini," aku Donita. "Jadi betapa beruntungnya aku memiliki kaki sehat dan bisa berfungsi," tambahnya.

Untuk membuktikan keseriusannya mendalami karakter tokohnya itu, ia sempat rutin memperhatikan penderita difabel. "Aku sempat beberapa kali memperhatikan orang-orang lumpuh. Cara mereka bergerak seperti apa benar-benar diperhatikan dan diterapkan di film ini," pungkasnya.