Sinopsis

Warung mbok Puspo (Fifi Young), di pinggiran Kalimas, di bawah Jembatan Merah, bagai sebuah tempat pertemuan berbagai jenis manusia. Mbok Puspo sendiri berjualan kain rombengan untuk penambah penghasilan, sementara warungnya diserahkan pada anak angkatnya, Sudiasih (Tanty Josepha), yang lalu jadi kembang warung juga. Tokoh-tokoh yang pergi-datang ke warung itu: Ngawang (Sukarno M. Noor), pencopet kecil yang gagal membahagiakan istrinya, Kenanga (Mutiara Sani), yang jadi pelacur untuk balas dendam pada suaminya; Siswanto (Jasso Winarto), terpelajar yang tak berani mengutarakan cintanya pada Sudiasih; pelukis Pungguk (Fred Wetik); pegawai negeri, pengantar pos dll. Kisah pasangan percintaan Siswanto-Sudiasih dan Ngawang-Kenanga menjadi pusat cerita. Melihat pasangan Siswanto-Sudiasih, Ngawang-Kenanga menemukan kembali cinta mereka. Di samping itu ada kisah Mbok Puspa yang kebingungan saat menerima surat dari anaknya, Sri Bidari (Wiwiek Sulistiowati) yang sejak kecil dititipkan pada keluarga kaya. Sri ingin memperkenalkan calon suami dan mertuanya. Mbok Puspa yang merasa tak pantas menerima mantu dan besannya di warungnya, lalu menerima tawaran Sudibyo (Darussalam), tukang hutang yang kini datang sebagai penyelamat. Ia menawarkan rumah kawannya. Kecanggungan orang-orang miskin di rumah mewah dieksploitir untuk memancing tawa. Apalagi saat polisi datang untuk menangkap Sudibyo dengan tuduhan menyelundupkan mobil, hingga kedok mereka terbuka semua. Dua jalur kisah tadi seolah meluksikan kisah manusia kecil yang ingin lepas dari kungkungan kemiskinan, atau kisah manusia kecil yang mengapung dalam masyarakat besar seperti air dan minyak.

Catatan

Adaptasi dari naskah sandiwara atau drama, yang pernah difilmkan pada 1950.Kopi VHS judul ini dapat diakses dari Koleksi Sinematek Indonesia.