Katalog Melintas Badai

0
Penata artistik
Penulis skenario
Penata musik
Penata gambar
Sinopsis

Sophan selalu tetap ingin bicara tentang masalah sosial dan khusus dalam film ini: menentang adat dan orang tua yang tak tahu diri. Kekhususan lain film ini adalah pada pengadeganan. Cerita tidak berjalan lurus begitu saja, tapi ada sorot balik atau melompat.

Film dimulai dengan Martin dan Emmy yang kawin lari. Mereka meninggalkan Bukittingi dan mengadu nasib di Jakarta. Lalu melompat pada interogasi polisi, karena Martin menganiaya sopir yang menabrak seorang anak. Nasib tak begitu ramah. Emmy terpaksa menjadi buruh cuci, sementara Martin tak juga dapat pekerjaan.

Martin yang campuran Jawa-Manado dan besar di Sumatra ini, ditunjukkan sangat peka akan ketidakadilan dan solidaritas. Anak yang tertabrak taksi, ditolongnya dengan memberikan darahnya. Ia menolak uang pemberian ayah anak itu, Max Waworuntu, pengacara. Ternyata anaknya sendiri kena musibah sama, dan ia tak bisa menyumbang darahnya, hingga anaknya meninggal. Kegeramannya ditumpahkan ke sopir taksi yang menabrak anak, seperti dimulai di awal film.

Dari sini cerita maju. Ditahan polisi, ia bersahabat dengan Sarip, orang Mentawai, yang sering berkicau akan membunuh kemiskinan, karena dianggapnya sebagai biang masalah sosial. Sarip ini "kebetulan" berlatar belakang "sama" dengan Martin. Istri dan anaknya mati ditabrak taksi. Ia lalu mengamuk dengan merusak taksi dan mikrolet, tapi ia ditahan dan jadi residivis bukan lantaran itu. Hal ini baru terungkap di bagian akhir film. Saat di tahanan, Martin didatangi mertuanya yang memaksanya menandatangani surat cerai. Akibatnya, Emmy menderita penyakit psikis berkepanjangan, sampai akhirnya orang tuanya menyadari kesalahannya. Karena pengakuan Sarip dan usaha pengacara Max Waworuntu yang dimintai tolong oleh Emmy, Martin akhirnya bebas. Sarip dibawa ke Nusa Kambangan, tapi lari, tertembak, dan mati di pangkuan Martin yang baru saja bebas. Emmy-Martin berakhir bahagia.

Catatan

Adaptasi dari novel berjudul sama.