Sinopsis

Kisah tentang kebimbangan orang yang berada pada dua dunia yang saling bermusuhan. Yohan (Rik Launspach), anak pemilik perkebunan Kebon Jati, sejak anak-anak bersahabat dengan Oeroeg (Martin Schwab), anak pribumi pegawai perkebunan, meski tak disukai oleh ayahnya. Kisah lalu meloncat saat Yohan berlatih militer di Belanda dan ditugaskan ke Indonesia. Ia sangat merindukan ayahnya, sahabatnya Oeroeg, dan negeri yang selalu hidup dalam kenangannya. Ternyata negeri itu telah berubah. Ayahnya ditemukan meninggal. Ia menduga Oeroeg membunuhnya. Maka sepanjang film pencarian terhadap Oeroeg merupakan obsesinya. Kisah pun maju-mundur sesuai dengan perkembangan Yohan: antara masa kini dan masa lalunya yang selalu terngiang jelas di ingatannya. Bentuk maju-mundur ini yang membuat film ini lebih merupakan sebuah permenungan. Perbedaan Yohan yang Belanda kulit putih dan Oeroeg yang pribumi sudah muncul sejak kecil. Yohan ingin menghilangkan jarak itu, hingga ia berhasil bersama-sama dengan Oeroeg hingga remaja. Jarak tetap tak bisa hilang. Oeroeg malah merasakan dirinya juga terperangkap pada kebimbangan yang sama, hingga akhirnya memutuskan berpihak pada Republik Indonesia dan mengambil jarak tegas dengan Yohan, yang tetap tak bisa menerima keadaan itu. Sikap Yohan yang mendua ini yang membuat dia bersikap lain terhadap tawanan Indonesia yang tertangkap Belanda, hingga akhirnya ia diputuskan dipulangkan ke Belanda. Ia lari dan memenuhi undangan Oeroeg agar jumpa di tepi telaga kenangan mereka. Ternyata ia tertangkap tentara republik dan menjumpai Lida (Ivon Pelasula), gurunya waktu kecil, yang berpihak pada republik. Lida inilah yang menjelaskan bahwa ayah Oeroeg, Deppo (Joze Rizal Manua), meninggal bukan karena menyelamatkan Yohan waktu tenggelam di telaga, tapi karena mengambil arloji ayah Yohan yang juga jatuh saat peristiwa itu terjadi. Juga dijelaskan bahwa bukan Oeroeg yang membunuh ayah Yohan, karena saat itu Oeroeg sudah ditawan Belanda. Dua sahabat ini akhirnya bertemu, saat terjadi tukar-menukar tawanan. Sutradara bersikap tidak memihak pada permusuhan dua bangsa itu. Kekejaman perang masing-masing pihak ditunjukkan. Ia lebih memihak pada persahabatan dua manusia yang hancur karena nasib yang membuat mereka berbeda.

Catatan

Menggunakan bahasa Belanda dan Indonesia. Adaptasi dari novel berjudul sama. Kerjasama dengan Belanda, Belgia, Jerman. Karyawan Indonesia antara lain George Kamarullah, Iri Supit, Eddy G. Baker. Dalam peredaran di Eropa, judulnya diganti menjadi "Going Home" dan didub ke bahasa Inggris.Kopi 35 mm / VCD / DVD judul ini dapat diakses dari Koleksi Sinematek Indonesia. Kopi 35 mm Judul ini dapat diakses dari Koleksi Sinematek Indonesia.