Totot Indrarto

Mantan praktisi periklanan dan blogger, pernah mengikuti Pelatihan Kajian Sinema FIB-UI (2007). Sejak 2001 menulis kritik film untuk Kompas. Di Festival Film Indonesia (FFI) menjadi nominee Kritik Film (2004), dua kali anggota Komite Seleksi (2005, 2010), dan lima kali anggota juri (2008, 2009, 2010, 2014, 2015). Tiga kali menjadi juri Apresiasi Film Indonesia (2103, 2014, 2016). Ketua Komite FIlm Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) periode 2012-2015.

Sebuah festival film pendek untuk pertama kalinya diselenggarakan di Solo, Jawa Tengah dengan nama Festival Film Solo (FFS). FFS yang berlangsung tanggal 4-7 Mei 2011 kali ini mengkhususkan diri pada film pendek fiksi.
Konon, kewarganegaraan sebuah film ditentukan dari investor yang menanamkan modal dalam produksinya.
KidsFfest untuk ketiga kalinya diselenggarakan di Lobi Selatan, Lantai Dasar Pacific Place Mall. Beragam acara diadakan, dari layar tancap hingga kompetisi.
Garin Nugroho menyiapkan film riwayat Romo Soegijapranata, seorang imam Katolik yang berperan dalam zaman Jepang dan awal Republik.
Asia-Africa Film Festival Kedua diselenggarakan serentak di berbagai kota Indonesia. Kecuali kompetisi, ada juga acara retrospeksi film-film D Djajakusuma.
Hasil Kongres PPFI Maret lalu antara lain menyusun pengurus baru, program kerja dan mengubah nama menjadi Persatuan Produser Film Indonesia. Ketua Umum baru berjanji akan menangani masalah pungutan 5% di wilayah edar Jawa Barat.
Masih sangat banyak kabupaten/kota di Indonesia yang masyarakatnya tidak bisa menikmati hiburan bioskop. Padahal belum tentu tidak ada potensi pasar dan pebisnis yang mau membangun bioskop di sana.
Niat baik Jero Wacik untuk memberikan sebanyak-banyaknya tontonan kepada masyarakat sekaligus menyediakan ruang pemutaran yang lebih banyak bagi film-film Indonesia harus didukung. Namun hal itu bisa dilakukan justru jika UU dan segala perundangan lain yang ada ditegakkan.
Kronologi sejak seleksi unggulan FFI 2010 hingga pengumuman resmi oleh KFFI.
Pada awalnya saya termasuk orang yang tidak percaya pada film sebagai media kesenian. Dibandingkan dengan sastra,teater, atau musik, rasanya film hanyalah pabrik hiburan tempat orang melupakan hidup kesehariannya, bukan tempat orang berkaca dan mendapatkan ilham untuk mengarungi kehidupan. Pendapat ini agak sok dan naif. Belakangan saya tahu bahwa film memiliki fungsi dan tujuan yang sangat beragam.