Sinopsis

Iqbal (Arif Rahman) adalah anak pengusaha kaya raya yang bengal, tukang mabuk dan suka berkelahi. Ayahnya, Daeng Abdilah (Alex Sukamto), sangat sibuk sehingga yang memperhatikan Iqbal hanyalah ibunya, Dewi (Minati Atmanegara). Itu sebabnya Iqbal sangat menghormatinya.

Suatu hari Iqbal pulang dalam keadaan sangat mabuk sehingga dengan tidak sadar telah mendorong ibunya dari atas tangga hingga ibunya koma. Ia menangis sejadi-jadinya sambil memohon keselamatan ibunya kepada Allah.

Iqbal menyesal dan memutuskan untuk pergi belajar ke pondok pesantren Tegal Jadin pimpinan Kyai Shidiq (Mochtar Sum). Selama dua bulan dia tidak diajari apa-apa, hingga Iqbal kesal. Suatu hari dia meluapkan amarahnya pada gadis cantik berkerudung. Ternyata gadis itu Neng Aisyah (Imel Putri Cahyati), cucu Kyai Shidiq.

Konflik ini membuat Iqbal memilih kabur ke Solo. Dalam perjalanan dia bertemu dengan Khaura (Alea Sura), gadis remaja berseragam SMA yang akhirnya menjadi teman baiknya. Dia juga bertemu dengan Pricilia (Cantika Atmanegara) gadis Nasrani yang sangat tertarik dengan Islam.

Di Salatiga Iqbal bertemu dengan pemulung bernama Ibu Jamilah (Donna Harun) yang mempunyai dua anak. Dari merekalah Iqbal mengenal Islam dengan lebih baik, mereka mengajar Iqbal shalat dan mengaji.

Di tempat inilah ia menemukan keagungan Islam dan bertekad untuk menjadi seorang muallaf. Tetapi di saat ia mulai menemukan Tuhan, justru dirinya berurusan dengan aparat karena tersangkut masalah teroris.

Namun, berkat kesaksian beberapa orang yang mengenal dirinya, akhirnya ia bebas dan dijemput kembali masuk pesantren.

Iqbal meminta maaf kepada Neng Aisyah hingga akhirnya hubungan mereka menjadi sangat akrab.

Di sini Iqbal bertemu pula Siti Zainab (Adhitya Putri) yang membuat dia jatuh hati. Di saat bersamaan datang Pricilia dalam keadaan babak-belur karena dihajar keluarganya sendiri, membuat hati Iqbal merasa iba. Kedekatan Iqbal dengan beberapa wanita ini menyebabkan Iqbal berseteru dengan santri-santri lain.

Catatan

Dari novel dengan judul yang sama karya Taufiqurrahman Al-Azizy.