Katalog Rayya, Cahaya Di Atas Cahaya

7.5
Sinopsis

Rayya adalah seorang artis terkenal dan berbakat. Penghargaan tidak pernah berhenti didapatkannya. Film yang dibintangi selalu box office, lagu yang dia nyanyikan menjadi nomor satu di radio. Namun, Rayya sesungguhnya terlalu cerdas, dan tidak bahagia dengan semua keberhasilan dan gemerlap kehidupan bergelimang harta yang penuh kepalsuan. Kegelisahannya diperparah dengan persoalan percintaanya yang kandas, diputuskan oleh pacarnya yang berstatus suami.

Pada saat bersamaan, Rayya sedang dalam pembuatan buku biografinya. Ia sedang menyiapkan perjalanan untuk pemotretan di beberapa kota. Keputusasaan yang begitu dalam membuat Rayya terpikir untuk memanfaatkan perjalanan tersebut untuk mengakhiri segalanya. Rayya membuang airmatanya, membuang harapannya, membuang segalanya tentang dirinya dengan harapan pada akhirnya tak akan ada yang tersisa. Dan kalau bisa melakukannya di depan kamera.

Perjalanan tetap dilakukan berdasarkan persyaratan Rayya untuk hanya didampingi seorang fotografer. Ketika perjalanan baru dimulai hingga Indramayu, Rayya memecat Kemal, fotografer yang telah disewa tim yang membuat proyek buku biografinya. Alasannya sederhana, Kemal berbohong. Namun bagi Rayya, kebohongan adalah hal yang fatal. Kemal digantikan oleh Arya, yang memang sejak awal adalah fotografer yang diacu oleh penulis biografi, maupun oleh Rayya sendiri. Arya dianggap kuno, karena tetap bertahan mengunakan film seluloid. Buat dia memotret itu seperti kehidupan, bukan sesuatu yang mudah untuk dihapus. Dengan digital, Arya merasa terlalu mudah untuk berbuat kesalahan, dan dengan mudah pula dimaafkan dengan cara menghapusnya. Hidup dan memotret memiliki kesamaan. Harus berhati-hati dan penuh tanggung jawab, yang sudah terjadi tidak bisa diubah.

Perjalanan yang aslinya hanyalah sesi foto menjadi tidak begitu sederhana dengan tambahan permasalahan para pelakunya. 'Jogetan', 'lompatan', 'permainan', mereka berdua menjadikan perjalanan ini sama sekali berbeda dari yang mereka berdua pernah bayangkan. Perjalanan ini berkendaraan jasad, tapi yang melakukan hijrah tidak hanya jasadnya. Pemahaman, pengetahuan, hati mereka ikut serta melakukan perjalanan panjang yang penuh pengalaman untuk menemukan sejatinya kematian. Untuk menemukan cahaya di atas cahaya.