Suster Ernis
Penata kamera
Penata suara
Sutradara
Sinopsis

Madrim (Aming), kuli angkut, merasa dirinya bernasib paling malang di dunia. Suatu hari, terilhami sebuah peristiwa perampokan, ia berdoa dan mengancam Tuhan dengan memberi tenggat waktu tiga hari. Jika doanya tidak terkabul, ia akan berpaling pada setan.

Pada hari ketiga, petir menyambar Madrim dan ia jatuh pingsan. Ia ditolong penduduk desa. Setelah sadar, tiba-tiba Madrim memiliki kemampuan dapat mengetahui keberadaan seseorang hanya dengan melihat fotonya. "Kemampuan melihat" ini dimanfaatkan polisi untuk melacak keberadaan para buron. Puluhan buron berhasil ditangkap polisi atas "petunjuk" Madrim.

Tantra (Deddy Sutomo), seorang "buron kerah putih" yang kaya-raya menjadi resah. Ia menculik Madrim dan menahannya di apartemennya dengan memberinya gaji buta dan pengawalan ketat. Hidup berkecukupan,

Madrim lagi-lagi mengancam Tuhan agar ia dibebaskan dari "kemampuan lebih"-nya yang ternyata justru menyiksa dirinya. Kadir, (Ramzi), kawannya, menduga jangan-jangan "kemampuan lebih" itu bukan pemberian Tuhan, tapi pemberian setan. Maka Madrim pun "menggugat setan". Lagi-lagi Madrim mengalami koma. Setelah siuman, kemampuannya bukannya hilang melainkan justru bertambah. Ia tidak saja bisa melihat gambaran seseorang saat ini, tapi juga gambaran di masa mendatang! Dalam tempo singkat kekayaan Madrim meningkat. Tapi ia tak kunjung bahagia karena justru tak mampu melacak keberadaan istrinya sendiri. Ia pun memohon kepada Tuhan agar dipertemukan dengan istrinya. Tantra yang melihat Madrim lesu dan kesepian, berinisiatif memanggilkan seorang pelacur kelas atas ke apartemen Madrim. Saat si pelacur datang, ternyata dia adalah Leha, istri Madrim. Leha merasa sangat terpukul dan melarikan diri. Madrim mengejarnya sampai lantai tertinggi apartemen. Madrim merayu agar Leha mau hidup bersama lagi seperti dulu, tapi Leha memilih bunuh diri. Madrim merasa sangat terpukul dan memutuskan "membuang" semua kekayaannya dan memilih menjadi orang biasa.

Muncul kemudian gambaran dirinya di masa depan: Madrim yang sudah miskin masih juga ditodong dan ditusuk penjahat karena tak bisa menyerahkan apa-apa. Madrim panik dan memutuskan untuk pergi ke padang ilalang tempat ia pertama kali mendapat kekuatan. Di padang ilalang ini ia berteriak memanggil-manggil petir agar datang dan menyambarnya lagi supaya ia bisa kembali menjadi manusia biasa. Berhari-hari Madrim bergolek di padang ilalang sampai nyaris mati lemas. Kadir dan orang-orang desa datang menolongnya dan berdoa untuk keselamatannya.