Karena kesulitan peredaran, Senakki mengelilingkan Surat untuk Bidadari (1992) dan Badut-badut Kota (1993) ke lima kampus Jakarta.
Edwin membuat film bisu Dajang Soembi, Perempuan jang Dikawini Andjing (1999) karena di Indonesia saat itu tidak ada laboratorium pemroses suara analog.