Lahir di San Francisco 1895. Meninggal di Surabaya. Pendidikan: St John University (Junior). Yang tertua dari ‘Wong Brothers’ ini—selain Joshua Wong dan Othniel Wong—dibesarkan di daratan Tiongkok. Ayahnya, Pendeta Keliling (Traveling Evangelist) Wong Siong Tek berharap agar putra-putrinya menjadi Pendeta, maka itu disekolahkanlah Nelson, anak tertua ke California. Tapi anak remaja ini lebih tertarik untuk berkelana di Hollywood, hingga ia sempat magang pada D.W. Griffith dan menjadi pembantu juru kamera dalam pembuatan The Musketeers of Pig Alley. Ketika mengetahui kelakuan anaknya di Amerika, maka Wong Siong Tek menyusul ke Amerika sambil membawa Joshua dan Othniel, untuk bisa menarik abangnya ke luar dari film. Tapi ternyata kedua adik Nelson inipun ikut ‘terjerumus’ ke film. Hingga Siong Tek yang disegani itu agak tersingkir dari masyarakat terhormat, akibat kelakukan anak-anaknya yang dipandang saat itu kurang terpuji.
Awal tahun 1920-an, Nelson bersama adik-adiknya mengusahakan perusahaan film di Shanghai dengan modal dari seorang Tionghoa warganegara Amerika. Perusahaan Nelson yang bernama The Great Wall ini kemudian usai sekitar tahun 1926, dan berangkatlah Nelson ke Jawa untuk tujuan yang kurang jelas. Tapi kemudian Herman Shim memperkenalkan dia dengan Tio Tek Djin Manager Miss Riboet Orion, di mana kemudian Nelson bekerja sebagai bagian pembukuan dari rombangan sandiwara ini. Ketika rombongan sandiwara tiba di Bali, Nelson memfilmkan tarian dan pemandangan Bali dengan kamera sederhana dari kayu yang dibawanya dari Shanghai. Timbul gagasan Tek Djin untuk bikin film dengan pemain utama Miss Riboet yang sedang menjadi super star panggung. Perusahaan Miss Riboet Film Syndicaat didirikan di Bandung, dan adik-adik serta orang tua Nelson didatangkan dari Shanghai. Studio sudah ada, bekas gudang gaplek di Bojong Loa. Tapi ketika dilakukan test kamera, ternyata Miss Riboet tidak cukup camera face. Usaha Tek Djin dibatalkan. Maka kakak beradik Wong yang sudah terlanjur berada di sini meneruskan sendiri untuk membuat film di Indonesia. Dengan bantuan modal dari David Wong, seorang Manager dari General Motor di Jakarta, didirikanlah Batavia Motion Picture, dengan produksi pertamanya Lily van Java (1928). Dengan demikian maka dimulailah pembuatan film cerita yang pertama oleh orang timur di Indonesia—film cerita sebelumnya dibikin oleh orang Belanda. Dan sejak ini pula orang Cina Hoa-kiau mulai tertarik untuk membuat film, yang selanjutnya malah mengalahkan usaha orang Belanda di bidang ini. Cukong pertama menarik diri, diganti dengan cukong lain dan berganti pula nama perusahaannya menjadi Halimoen Film Co. Meskipun cukong berubah-ubah, tapi nama Halimoen ini tetap dipertahankan sampai tahun 1936. Di antara film-film yang dihasilkan adalam Rampok Preanger (1929), Lari Ka Arab (1930), Indonesia Malaise (1931), Zuster Theresia (1932). Sejak sekitar tahun 1934, Nelson mulai sakit dan usaha diteruskan oleh kedua adiknya.
Sumber: Apa Siapa Orang Film Indonesia 1926-1978. Disusun oleh Sinematek Indonesia. (Jakarta : Yayasan Artis Film dan Sinematek Indonesia, 1979)