Biografi singkat

Awalnya fotografer kawinan, beralih jadi sinematografer andal. Debut Yadi Sugandi sebagai penata kamera terjadi di Kuldesak (1997), film yang menggairahkan kembali perfilman nasional setelah sekian tahun mati suri. Ia sempat pula duduk di kursi sutradara: Merah Putih (2009), Darah Garuda (2010), dan Hati Merdeka (2011).

Hasil kerja Yadi telah mendapat banyak apresiasi. Di tingkat mancanegara, ia meraih penghargaan sebagai sinematografi terbaik untuk Pasir Berbisik (2000) di Asia Pacific Film Festival 2001. Di tingkat domestik, ia tiga kali ia menjadi nomine Piala Citra untuk penata kamera terbaik: Pasir Berbisik (2000) di FFI 2004, Under the Tree (2008) di FFI 2008, dan Minggu Pagi di Victoria Park (2010) di FFI 2010. Pada tahun 2011, ia menyabet Piala Citra untuk tata kamera di Tanda Tanya (2011).

(LR) (Sumber: Akademi Film Indonesia)

 

Baca juga:

Yadi Sugandi: Mengapa Tidak Digital? (Arie Kartikasari, 2011)