Abisin Abbas Alias: Andjar Asmara

Lahir: 26-02-1902
Meninggal: 20-10-1961

Biografi singkat

Lahir di Alahan Panjang, Sumbar. Meninggal di Cipanas. Pendidikan: Sekolah Melayu, pendidikan bahasa Belanda, OSVIA (Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren/Sekolah Pendidikan Pribumi untuk Pegawai Negeri Sipil), akhirnya MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs/Sekolah Menengah Atas). Pada mulanya ia dikenal sebagai wartawan. Sebelum memasuki film, terlebih dahulu berkecimpung di dunia sandiwara. Tidak secara kebetulan ia tertarik bidang teater ini karena neneknya memang pemilik sebuah rombongan sandiwara. Pada masa kecil ia sudah sering menirukan permainan sandiwara bersama teman-teman sepermainan, menirukan permainan sandiwara yang ditontonnya pada malam hari. Barangkali karena kesibukan sekolah maka Andjar tidak memasuki dunia panggung ini sejak masa mudanya.

Lepas sekolah, ia langsung menjadi wartawan, tapi karir ini di Jakarta tidak lancar. Ia pindah ke Padang dan menjadi wartawan dari Sinar Sumatera. Pada masa ini, sekitar tahun 1925, ia banyak memberikan saran kepada "Padangsche Opera" untuk mengubah gaya pementasan rombongan ini dari cara opera yang segalanya serba dinyanyikan atau dialognya diucapkan seperti orang berdeklamasi, menjadi bentuk toneel, seperti sandiwara sekarang, serba wajar. Naskah yang dipentaskan pun bukan lagi cerita pangeran atau mambang, melainkan kejadian sehari - hari. Antara lain mementaskan naskah Parada Harahap: "Melati van Agam". Jadi, ia seorang pembaharu teater, sementara dalam tahun yang sama Thio Tek Djien juga membuat pembaharuan dalam sandiwara Miss Ribut Orion di Jawa. Kembali ke Jakarta di akhir tahun tiga puluhan, ia menjadi wartawan Bintang Timoer dan Bintang Hindia. Antara tahun 1929 sampai dengan 1932 ia memimpin majalah Doenia Film, edisi Indonesia dari majalah berbahasa Belanda Film Land.

Pada masa itu, ia mulai melakukan hubungan dengan para pembuat film di sini. Rupanya film saat itu belum memperlihatkan prospek yang baik baginya. Maka tahun 1933, ia terjun ke dunia sandiwara pada rombongan terkenal Dardanella. Karena selain di situ ia menjadi publicist, juga diberi kesempatan untuk mempergunakan mesin cetak portable rombongan ini untuk mencetak naskah sandiwara. Tapi kemudian, ia lebih dikenal sebagai penulis naskah panggung dan sutradara yang banyak memperbaiki nilai pementasan rombongan ini.

Dalam perlawatan Dardanella ke India sekitar tahun 1936, rombongan ini bekerja sama dengan Radha Film Coy Calcutta untuk memfilmkan naskah Andjar yang terkenal, Dr. Samsi. Hubungan dengan film hanya sampai di situ, bahkan rombongan ini sendiri pecah di India. Kembali ke Indonesia mendirikan sandiwara Bollero. Umurnya tidak panjang. Ia kembali ke penerbitan, bekerja pada Kolf di Surabaya sebagai redaktur dari penerbitan buku saku seri cerita film Indonesia. Melalui ini, ia kembali banyak berhubungan dengan kalangan film.

Pada tahun 1940, ia tinggalkan Kolf untuk menjadi sutradara film di JIF (Java Industrial Film) di Jakarta. Dengan masuknya Andjar ke dalam film, maka sebagian besar tokoh-tokoh Dardanella juga terjun ke film. Seperti Tan Tjeng Bok, Inu Perbatasari, Rd. Ismail dan lain-lain. Film pertama yang disutradarainya Kartinah. Kedatangannya ke dunia film dipandang sebagai tenaga yang bisa digantungi harapan untuk meningkatkan mutu film Indonesia masa itu. Tapi pembuatan film oleh swasta terhenti dua tahun kemudian dengan masuknya Jepang.

Di jaman revolusi, Andjar ikut memberikan ceramah pada grup diskusi film yang diikuti oleh Usmar Ismail dan Djajakusuma. Tahun 1948 ia kembali membuat film di Jakarta pada South Pacific Film. Djaoeh Dimata adalah film pertamanya setelah merdeka. Sehabis perang, ia menampung Usmar Ismail yang baru keluar dari tawanan Belanda untuk menjadi asistennya dalam pembuatan Gadis Desa (1949). Akan tetapi, ia sendiri kemudian keluar dari film dan muncul kembali dengan usaha penerbitan buku serial cerita film. Terakhir ia memimpin majalah Varia sampai meninggal dalam perjalanan ke Bandung.

 

Sumber: Apa Siapa Orang Film Indonesia 1926-1978. Disusun oleh Sinematek Indonesia. (Jakarta : Yayasan Artis Film dan Sinematek Indonesia, 1979)