Meskipun ia hanya menghasilkan dua buah film cerita saja,tapi namanya menjadi amat terkenal dikalangan dunia film sebelum perang. Karena karyanya itu merupakan tonggak-tonggak baru dalam sejarah perfilman Indonesia. Film-filmnya "Pareh" (1934), dan "Terang Boelan" (1938). "Pa-reh" merupakan film buatan dalam negeri pertama yang mampu menarik perhatian secara luas kalangan menengah ke atas.Bahkan menjadi perhatian orang di negeri Belanda. Dan "Terang Boelan" telah memberikan pemasukan yang berlipat ganda lebih besar dari yang mampu dimasukkan film buatan dalam negeri sepanjang sejarahnya sebelum perang. Dengan munculnya gambaran pemasukan serupa itu, maka kemudian muncullah "panen" film pertama dalam sejarah film Indonesia. Balink sebelumnya adalah wartawan "De Locomotief" (Semarang) yang banyak menulis tentang film. Orang Belanda totok yang hanya punya pengetahuan tentang film secara teoritis ini kemudian mengajak Wong Bersaudara di Bandung dengan mendirikan perusahaan "Java Pasific Film Coy". Balink punya uang dan gagasan, Wong punya peralatan dan pengalaman. Produksi pertama mereka adalah "Pareh", maksudnya pare, bahasa Sunda artinya padi. Persiapannya memakan waktu lama dengan beaya besar. Mencari pemain saja menghabiskan waktu hampir setahun, hingga akhirnya mereka temukan Rd. Mochtar. Sengaja pula didatangkan cineast Belanda terkenal, Mannus Franken, untuk mendampinginya. Penyelesaian terakhir dilakukan oleh Franken di negeri Belanda. Tapi film ini tidak mampu mengembalikan modalnya yang begitu besar. Perusahaan tersebut jatuh, lalu mereka mendirikan lagi "Anif" (Algemeene Ned. Indie Syndicaat) dengan bantuan modal bank dan perusahaan-perusahaan besar Belanda. Film cerita yang dibuatnya adalah "Terang Boelan" yang membuat nama Rd. Mochtar dan Roekiah menjadi amat populer. Untuk pembuatan film ini Balink mengajak wartawan lainnya, Saeroen, untuk menuliskan skenarionya. Film ini bukan saja amat laku di Indonesia, tapi juga menguntungkan fihak RKO yang mengedarkannya untuk semenanjung Malaka.Tapi para pemilik saham hanya menginginkan Anif membuat film dokumenter saja. Maka Balink tidak bikin film lagi, dan Anif sendiri berhenti kegiatannya pada tahun 1939. Balink tidak terdengar lagi namanya sejak tahun itu.Perusahaan Anif inilah yang kemudian menjadi Multi Film dan sekarang bernama Perusahaan Film Negara (P.F.N.).Kini Albert Balink tinggal di Amerika sebagai wartawan.
Sumber: Apa Siapa Orang Film Indonesia 1926-1978. Disusun oleh Sinematek Indonesia. (Jakarta : Yayasan Artis Film dan Sinematek Indonesia, 1979)