Lahir di Korea. Meninggal dunia di Jakarta. Datang ke Indonesia, dengan nama (Jepang) Inatsu Hetaro, sebagai perwira tentara Jepang yang menduduki Indonesia, 1942-1945. Di antara filmnya yang berhasil diselamatkan oleh Sinematek Indonesia (SI) adalah Antara Bumi dan Langit (1950). Nama lulusan Fakultas Sastra Universitas Waseda (Jepang, 1938) ini kembali diomongkan, dan secara internasional pula, karena Frieda (alias Antara Bumi dan Langit) diputar oleh dua penyelenggara festival, Yamagata Interanational Documentary Film (Jepang, 6 - 13 Oktober) dan Pusan, Korea Selatan, pada 11 - 19 Oktober 1997.
Film Huyung, positif dan satu-satunya, diperoleh SI dari R.M. Harjoto, yang terlibat dalam pembuatan produksi PFN bersama Stichting Hiburan Mataram tersebut. Kepala SI, H Misbach Yusa Biran, menulis sejarah singkat untuk buku berbahasa Jepang, yang pada 1992 dibaca oleh peneliti dari Korea. Tahun 1994 datang kru TV Korea, yang memutar cuplikan Antara Bumi dan Langit, di samping menyiarkan hasil wawancara dengan kepala SI. Penyelenggara Festival Pusan (Korea Selatan) tertarik, lalu menghubungi Sinematek Indonesia. Karena negatif karya Huyung telah lenyap, Pusan sedia membikinkan inter-negative dari positif koleksi Sinematek Indonesia. Bekerja sama dengan penyelenggara Festival Yamagata, pembuatan negatif (baru) dilaksanakan di Sinematek Australia. Setelah Pusan dan Yamagata memperoleh positif, kemudian negatif diserahkan kepada Sinematek Indonesia sebagai 'imbalan'.
Di masa pendudukan, Huyung ditugaskan untuk meng'aman'kan grup-grup sandiwara Indonesia, demi propaganda perang Jepang. Setelah Jepang menyerah, Huyung menetap di Indonesia. Menularkan pengetahuan film (dan teater)-nya kepada orang Indonesia di Yogya. Termasuk kepada Soemardjono dan Usmar Ismail (1921-1971). Pada 1951 Huyung membikin 3 film lain, Gadis Olahraga, Kenangan Masa dan Bunga Rumah Makan. Tadinya Antara Bumi dan Langit akan membuat adegan cium. Tapi, reaksi masyarakat begitu keras, sehingga terpaksa diadakan perubahan, dan beredar dengan judul baru, Frieda. Adegan cium (dan sex) baru 'ramai' mulai tahun 1970-an.
Sumber: Apa Siapa Orang Film Indonesia 1926-1978. Disusun oleh Sinematek Indonesia. (Jakarta : Yayasan Artis Film dan Sinematek Indonesia, 1979)