Sutradara yang yatim-piatu sejak usia 8 tahun ini pertama-tama mengenal dunia film lewat wartawan Boes Boestami hingga ia bisa kerja jadi tukang sapu di studio film Golden Arrow (d/h Panah Mas). Karena sejak kecil sudah diangkat jadi anak seorang dokter (Liem), dan "dapat" nama Cina Liem Yan Yung, ia lancar bahasa Mandarin. Wim kerja "serabutan" pada bosnya Chok Chin Hsien alias CC Hardy, (1907-1987) jadi peterjemah untuk kepentingan pemain dan karyawan film. Maka studio milik Mr. Chok inilah yang sebetulnya bisa disebut Akademi Sinematografi Wim yang utama. Dari situ ia belajar semua hal tentang film dan dia bilang "Kalau orang mengatakan guru saya adalah Mr. Chok itu memang betul".
Nama Wim sebagai sutradara tiba-tiba muncul ketika ia menghasilkan Dibalik Dinding (1955) dan Terang Bulan Terang Di Kali (1956) berdasarkan tulisan SM Ardan. Tenaga muda yang penuh harapan ini lalu mendirikan perusahaan sendiri, PT Aries Films, bersama Any Mambo (1912-1973) dengan produksinya yang pertama Istana Jang Hilang (1960). Dari pernikahan pertama dengan RO Unarsih pada 1956, lahirlah anak perempuan yang diberi nama Maria Umboh pada 1957. Anak itulah yang dijadikan bintang utama salah satu film larisnya, Bintang Ketjil (1963).
Film-film yang dihasilkannya lewat perusahaannya sendiri bisa dibilang merupakan langkah-langkah berani dalam dunia perfilman di Indonesia. Ia orang pertama yang membuat film Cinemascope dan berwarna, Sembilan (1967), lalu membuat film 70 mm pertama dengan tata suara stereo dalam Mama (1972). Kalau bisa dibilang, ia adalah kombinasi dari "senimannya" Usmar Ismail (1921-1971) dan jiwa "industriawannya" Djamaludin Malik (1917-1970).
Karyanya cukup laku di pasaran, tapi juga bisa dipertanggungjawabkan nilai artistiknya. Dua kali berturut karyanya terpilih sebagai film terbaik Senyum di Pagi Bulan Desember (FFI 1975) dan Cinta (FFI 1976). Sementara itu, membentuk juga pasangan romantis kedua setelah Rd Mochtar - Roekiah (Terang Bulan, 1937), yakni Sophan Sophiaan dan Widyawati dalam Pengantin Remaja (Film Terbaik Festival Film Asia 1971) dan Perkawinan (Film Terbaik FFI 1973). Lewat Perkawinan, Wim Umboh meraih tiga Citra, sebagai sutradara, penulis skenario dan editor. Perkawinan itu juga bikin rekor dengan memborong 8 piala Citra dan baru bisa "kalah" oleh Ibunda-nya Teguh Karya yang dapat 9 piala Citra pada FFI 1986. Walau "resmi"nya adalah sutradara, tetapi ia cetak rekor terbanyak meraih citra justru sebagai editor (lima). Empat lainnya lewat Cinta (FFI 1976), Sesuatu Yang Indah (FFI 1977), Pengemis dan Tukang Becak (FFI 1979) dan Secawan Anggur Kebimbangan (FFI 1977). Jarang orang yang punya jiwa kepoloporan dan semangat yang tak kunjung padam seperti dia. Waktu-waktu terakhirnya di dunia diabadikan dengan masuk Islam mulai 1983, lalu bikin Pengantin Remaja II (1991) serta sinetron Pahlawan Tak Dikenal (1995).