Lahir di Solok/Sumbar. Meninggal di Jakarta. Ayahnya yang menjadi Demang, Onder District Hoofd, Batu Basurat itu berharap anaknya ini bisa menjadi guru. Maka itu disekolahkannya ke HIK (Holandse Indische Kweekschool atau disebut juga Sekolah Guru Bantu). Tapi Chatir merasa kurang cocok jadi guru. Maka itu, ditambahkannya pengetahuannya dengan kursus markonis, lalu menjadi pegawai PTT (Pos Telekomunikasi dan Telegraf) di Jakarta. Kemudian ikut kursus dansa nada High School of Dancing pimpinan George Cabelers, jago rumba. Hingga Chatir sendiri sempat menjadi juara salah satu pertandingan pada pengakhir tahun 1930-an.
Perhatiannya terhadap tari menari ini adalah berkat pengaruh perkenalan dia sewaktu kecil dengan kabaret amatir di Bukittinggi, pimpinan (Dr) Ali Akbar. Tahun 40-an pemuda yang ganteng dan selalu rapih dalam gaya Valentino ini mengikuti testing untuk menjadi pemain film, yang diselenggarakan oleh Produser/ Sutradara Fred Young bagi para pemuda berpendidikan sekolah menengah. Chatir lulus bersama A. Sarosa. Film pertamanya: Djantoeng Hati (1940). Pada masa ini, namanya menjadi bahan berita karena merupakan salah satu dari sedikit orang terpelajar yang bersedia main film. Di masa pendudukan Jepang, ia ditarik oleh Nippon Eigasha untuk main dalam produksi-produksi PERSAFI, antara lain Berdjoang. Film-film berikutnya antara lain Saputangan (1949), Inspektur Rachman (1950). Film nya yang terakhir Tugas Baru Inspektur Rachman (1960). Sesudah tahun 1950, di samping sebagai penyelenggara show, giat juga menulis nulis tentang perfilman. Antara lain ikut mendorong berdirinya Organisasi untuk artis film, yang kemudian terwujud sebagai PARFI.
Sumber: Apa Siapa Orang Film Indonesia 1926-1978. Disusun oleh Sinematek Indonesia. (Jakarta : Yayasan Artis Film dan Sinematek Indonesia, 1979)