Lahir di Jogyakarta. Pendidikan: Kino Drama Atelier Jogyakarta (1949-1950) jurusan acting dan directing; Akademi Seni rupa Indonesia (1950-1953), British Film Institute dan Pinewood Film Studio London (1955). Profesi sebelum ke film: anggota sandiwara keliling Mardi Wandowo (1943-1944), anggota Pasukan Pembela Tanah Air (PETA) (1944-1945), anggota Badan Keamanan Rakyat (BKR) 1945,anggota Tentara Keamanan Rakyat (1945-1946), Sekretaris Kementrian Pertahanan Jawatan V 1946-1948, Perwira (Letnan II) Markas Besar Komando Jawa 1948-1950.
Memasuki dunia film sebagai pembantu umum PERFINI Cabang Jogyakarta waktu pembuatan film Long March (1950). Kemudian dalam film Enam Jam di Jogya (1951) sebagai pembantu penata artistik merangkap pemain. Kariernya meningkat menjadi Kepala Bagian Editing PERFINI (1952-1959), Kepala Biro Studio PERFINI (1959-1966). Sejak 1966 bekerja sebagai editor dan sutradara lepas (freelance). Pada tahun 1960 mendapat hadiah piala Festival Film Nasional untuk "Best Editing" dalam film Asrama Dara. Dan di Festival Film Internasional Phnom Phen mendapat piala untuk film dokumenter Ngaben (1970) yang disutradarai dan dieditnya. Mendapat piala sebagai editor harapan pada FFI di Bandung untuk film Laila Majnun.
Dalam organisasi perfilman, ia pernah menjadi Ketua Umum Gabungan Studio Film Indonesia atau GASFI (1965-1972); Anggota Dewan Pembina Perfilman Nasional, Departemen Penerangan (1964), Ketua Umum Karyawan dan Televisi atau KFT sejak didirikan (22 Maret 1964) sampai 1978. Anggota Dewan Film Nasional sejak 1969, Anggota Dewan Kesenian Jakarta sejak 1973, Anggota Dewan Penyantun Siaran Radio Nasional sejak 1975. Ketua Senat LPKJ sejak 1975. Sekjen MMPI (Majelis Musyawarah Perfilman Indonesia) sejak tahun 1977. Menjadi Ketua Seminar Sinematografi Asia ke I yang diselenggarakan oleh The Federation of Motion Picture Producers in Asia di Jakarta (April 1976).
Sebuah ceramahnya yang terkenal—mendapat sambutan dan tanggapan luas dikalangan perfilman—berjudul "Pengantar pada Penyusunan Pola Dasar Pembinaan Perfilman Nasional," diselenggarakan dalam acara hari ulang tahun I Pusat Perfilman H. Usmar Ismail (20 Oktober 1976). Tahun-tahun terakhir ini Soemardjono terutama banyak mendapat perhatian karena gagasan mengenai "Wawasan Nusantara" dalam perfilman Nasional. Dengan gagasan itu, Soemardjono berharap agar pembuatan film tidak terpusat di Jakarta, tapi menyebar juga di daerah-daerah.
Pengalaman dalam bidang pendidikan telah dimulainya sejak1951 sebagai guru Taman Dewasa dan Sekolah Dagang di Klaten, Solo (1951). Soemardjono kemudian mengajar pada Kursus Sinematografi kader PERFINI (1953), Kursus Sinematografi PERPEFI, PWI Seksi Film (1957), ATNI Jakarta (1956-1957), dosen di Akademi Film Nasional Universitas Jayabaya (1964-1968), Akademi Film & Theater Universitas Sawerigading Jakarta (1964-1965), Dekan Akademi Sinematografi LPKJ (1974-). Pada kursus maupun sekolah-sekolah film itu, mata pelajaran yang diajarkan Soemardjono tidak pernah berubah yakni editing.
Soemardjono telah mengedit lebih dari 70 film, antara lain: Krisis (1953), Harimau Tjampa (1953), Tamu Agung (1955), Tiga Dara (1956), Pejuang (1960), Toha Pahlawan Bandung Selatan (1961), semuanya produksi PERFINI. Atheis (1974) produksi Matari Film, Barung Kuning Mencari Jejak (1976), produksi PT Madu Segara Film, Bandot (1978), Janur Kuning (1979), dll. Sejak tahun 1977, Soemardjono diangkat sebagai anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dari Golongan Karya (Golkar) non ABRI. Pada 1979, ia jadi ketua umum Panitya Penyelenggara FFI 79 Palembang dan ketua umum Koperasi Film Nasional.
Sumber: Apa Siapa Orang Film Indonesia 1926-1978. Disusun oleh Sinematek Indonesia. (Jakarta : Yayasan Artis Film dan Sinematek Indonesia, 1979)