Lahir di Padang, 13 Februari 1917. Meninggal di Munchen/Jerman Barat. Pendidikan: MULO, AMS di Jakarta. Bersama Usmar Ismail dari Perfini, Djamaluddin Malik merupakan dwi-tunggal tokoh film nasional sesudah lahirnya Republik Indonesia. Keduanya adalah pelopor dalam bidangnya masing-masing. Kalau Usmar mencita-citakan "film Nasional" maka Pak Djamal (demikian panggilannya sehari-hari) adalah pelopor "industri film nasional" dengan perusahaan yang didirikannya pada tahun 1951 "Persari." Dari Perusahaan itu telah lahir sebanyak 59 judul film cerita. Yang terakhir adalah Menjusuri Djedjak Berdarah (1967), merupakan kerja sama dengan Ifdil dan Perfini. Dengan antara lain mengandalkan Star System, Persari sanggup bertahan selama lebih dari 10 tahun. Tidak sedikit bintang dan karyawan yang lahir dan berkembang dalam perusahaan yang dipimpin almarhum.
Persari memiliki satu kompleks yang luas di Polonia, di mana terdapat studio, taman, kolam renang, laboratorium (hitam putih) dan perekaman suara. Setelah terpotong oleh jalan raya Jakarta By Pass, sebagian darinya menjadi Studio PENAS, sejak 1960. Walau film tata warna Indonesia baru lahir di akhir 1968, tapi Persari telah membikin 3 film berwarna, Rodrigo de Vila (1952), Leilani (1953), dan Tabu (1953), yang seluruhnya dilaksanakan di Filipina. Bekerja sama dengan "Sampaguita" (Filipina) pada 1962 membikin film berwarna lagi Holiday in Bali yang bintang maupun karyawannya dari Indonesia dan Filipina, menggunakan tiga bahasa, Indonesia, Tagalog dan Inggris. Tarmina dan Lewat Djam Malam (bekerja sama dengan Perfini) terpilih sebagai film-film Terbaik Festival Film Indonesia I tahun 1955.
Almarhum juga dikenal sebagai tokoh politik. Tahun-tahun terakhir dari hidupnya tercatat sebagai Ketua III Pengurus Besar Partai NU, di mana dia menjadi anggota sejak 1933. Sebelum ke film, Pak Djamal bekerja sebagai karyawan KPM (Perusahaan Pelayaran dimasa penjajahan Belanda), kemudian menjadi Kepala Bagian Penjualan pada "Internation Coy" (1935-1942). Semasa revolusi fisik ikut berjuang di daerah Priangan, Yogyakarta, dan Kalimantan Timur. Dikukuhkan sebagai pahlawan nasional pada 1973 dengan mendapat bintang Mahaputra kelas II/Adipradhana, yang diterima oleh istri almarhum, Ny. Elly Yunara, di Istana Negara.
Sumber: Apa Siapa Orang Film Indonesia 1926-1978. Disusun oleh Sinematek Indonesia. (Jakarta : Yayasan Artis Film dan Sinematek Indonesia, 1979)