Lahir di Lombok. Pendidikan: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Jakarta. Cita-cita Niniek waktu kecil ia ingin jadi guru, berubah jadi wartawan ketika SMA, tapi malah masuk Fakultas Psikologi. Yang pernah bergabung dengan Teater Populer pimpinan Teguh Karya ini tekun studi ketika kawan-kawannya terjun ke film sejak Wadjah Seorang Laki-laki (1971). Mulai main di film, karena merasa kangen dengan kawan-kawannya di Teater Populer, lalu bersama Teguh Karya, dan didampingi Tuti Indra Malaon, tampil dalam Ibunda (1986). Orang awam tidak heran ketika nama Tuti masuk unggulan Aktris Utama pada FFI 1986. Tetapi mereka cenderung menganggap "sebelah mata" ketika namanya masuk nominasi Aktris Pendukung me"lawan" Rima Melati (Pondok Cinta), Rina Hassim (Beri Aku Waktu), Ully Artha (Kejarlah Daku Kau Kutangkap) dan Ria Irawan dalam Bila Saatnya Tiba. Ketika ia menang dan meraih Citra dianggap suatu kejutan. Sekali lagi taktik veni vidi vici (datang-lihat-menang) diulanginya lagi dalam Pacar Ketinggalan Kereta (1988) pada FFI 1989. Lagi-lagi ia didampingi Tuti (1939-1989) yang juga meraih Citra, seperti ketika di Ibunda (1986). Lewat film yang sama juga ia meraih gelar Aktris Terbaik pada Festival Film Asia Pasifik 1990. Meski begitu Niniek menganggap "Film bagi saya tetap hanya merupakan suatu hobi". (SMA/JBK)
Biografi singkat