Sejak kecil Deddy sudah kenal lingkungan seni, karena ibunya—Sun'ah atau Ny Andris—memimpin sanggar seni Betawi dengan mengadakan kegiatannya di rumah. Jebolan sekolah Asisten Apoteker (SAA), atau sekolah Farmasi sekarang ini sempat kerja di Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Tapi cuma 2 tahun, karena kesibukannya di Teater Remaja Jakarta. Ia main di situ sejak 1973, dan pernah meraih gelar aktor terbaik Festival Teater Remaja di TIM, Jakarta. Pernah juga kuliah di LPKJ-IKJ walau cuma 2 tahun. Main film dan langsung jadi peran utama dalam Cinta Abadi (1976), yang disutradarai Wahyu Sihombing (1932-1989), salah satu dosennya di LPKJ.
Pada 1986 menikahi Giselawati, penari-aktris yang dipacarinya sejak Misteri Ronggeng Jaipong (1982). Untuk ‘kado’ perkawinannya tak tanggung-tanggung, yaitu 2 buah Piala Citra sekaligus pada tahun yang sama. Sebagai aktor utama dalam Arie Hanggara, dan aktor pembantu dalam Opera Jakarta pada FFI 1986. Ini merupakan rekor tersendiri yang belum pernah terjadi selama FFI antara 1973 sampai 1992. Setelah itu Deddy menggaet dua Citra lagi pada FFI 1987 dalam Naga Bonar dan sebagai aktor pembantu pada FFI 1992 dalam Kuberikan Segalanya. Selain itu dapat nominasi sebanyak 9 kali dalam Bukan Impian Semusim (FFI 1982), Sunan Kalijaga (FFI 1984), Saat-Saat Kau Berbaring Di Dadaku (FFI 1985), Kerikil Kerikil Tajam (FFI 1985), Kejarlah Daku Kau Kutangkap (FFI 1986), Ayahku (FFI 1988), Putihnya Duka Kelabunya Bahagia (FFI 1989), Dua Dari Tiga Lelaki (FFI 1990) dan Jangan Renggut Cintaku (FFI 1990).
“Saya juga mengharapkan rekan-rekan ke sinetron itu bukan sebagai pelarian. Film dan sinetron itu sama-sama seni”, begitu katanya. Main sinetron sejak Abu Mawas (1993) sampai jadi ‘da'i’ dalam Pengembara (1996). Meraih Piala Vidia untuk aktor pembantu dalam Vonis Kepagian pada FSI 1996. Pada 1997 main dan menyutradarai Mat Angin.
Sumber: SM Ardan