Simon Buis SVD

Lahir: 12-11-1892
Meninggal: 25-08-1960

Biografi singkat

Lahir di Medemblik, Belanda, dari keluarga petani. Mulai belajar di seminari di Steijl, Belanda, pada 1910. Ia juga sempat belajar filsafat selama dua tahun di seminari di Teteringen. Waktu ada lowongan untuk guru di Sunda Kecil, Hindia Belanda pada 1918, Buis berupaya mendapatkan sertifikat sebagai pengajar. Ia pertama kali berangkat ke Hindia Belanda setahun kemudian. 

Sesudah tiga tahun, Buis berangkat ke Amerika Serikat (AS) untuk melanjutkan studi teologi. Ia ditahbiskan sebagai pastor di Chicago, AS pada 1925. Semasa di AS, ia juga belajar bikin film. Sekembalinya ke Belanda, mulailah ia membuat film tentang para misionaris yang ditugaskan ke Flores. Buis ingin terus membuat film tentang misi di Flores, tapi merasa kurang sreg kalau harus bolak-balik mengirim film hasil syuting ke laboratorium untuk diproses. Menurutnya, repot sekali kalau harus menunggu kiriman hasil lab baru melihat hasil syuting. Walhasil, Buis kembali ke AS tahun 1929 untuk belajar pemrosesan film bersama seorang pastor lain, Piet Beltjens.  Menurut biografinya, pendidikan film yang seharusnya ditempuh dalam tiga tahun diselesaikan Buis hanya dalam tiga bulan! 

Buis bersama Beltjens mendarat di Flores tahun 1930 dengan membawa peralatan syuting film dan pemrosesan. Mereka membuat laboratorium sendiri di Lembah Ndona, Flores. Setelah membuat film selama 2 tahun, Buis pergi ke Belanda tahun 1932 untuk melakukan pemutaran film keliling negeri. 

Saat memutarkan film Ria Rago di kota Hilversum pada September 1934, terjadilah kebakaran. Menjelang film selesai, api tepercik di dekat proyektor dan menjalar dengan cepat. Penonton yang terdiri dari anak-anak perempuan antara usia 6-14 tahun panik dan berebut keluar ruangan. Buis bersama dengan polisi dan seorang pemuda pekerja berupaya keras menyelamatkan para korban. Tiga anak meninggal dan lima puluh lainnya terluka, termasuk Buis yang bolak balik menembus kobaran api demi menyelamatkan para korban.

Atas upayanya menyelamatkan para korban Buis nyaris mendapatkan penghargaan dari Ratu. Perdebatan sengit terjadi. Komisioner Ratu Belanda dan seorang Menteri menyatakan bahwa pastor Buis dalam kejadian naas itu berperan ganda sebagai penyebab dan penyelamat sekaligus. Kedua peran ini harus tetap hidup dalam ingatan publik. Karenanya Buis dinyatakan tidak layak mendapat penghargaan, akan tetapi dibebaskan dari tanggungjawab hukum sebagai penyebab malapetaka.

Buis datang kembali ke Hindia sebagai pimpinan misi di Lombok dan Flores tahun 1936. Buis juga mendirikan komunitas Katolik Palasari di Jembrana, Bali, pada tahun 1940.  Ia terus berada di sana selama masa pendudukan militer Jepang. Kondisi fisiknya sangat memburuk waktu ditahan di kamp militer Jepang. 

Selama bekerja sebagai pastor maupun pembuat film, Buis menerapkan prinsip ordo (perkumpulan rohaniwan) Societas Verbi Divini/SVD, mencari keselarasan antara adat masyarakat lokal dengan iman Katolik. Ia mempelajari bahasa dan adat setempat, merekam dan mencatat, juga bekerja sebagai pengajar di tempatnya bertugas. Sampai saat ini nama Buis diabadikan sebagai nama jalan di kampung Katolik Palasari. Patung Simon Buis pun ditegakkan di sana.

Pada 1951 Buis pindah ke Belanda karena harus menjalani pengobatan. Tangan kanannya diamputasi pada 1953. Buis pantang menyerah. Dua bulan setelah amputasi, ia sudah lancar menulis dengan tangan kiri dan memodifikasi mesin tiknya dengan pedal supaya tetap bisa berkarya. 

Tujuh tahun kemudian, ia harus menjalani beberapa operasi besar lagi karena masalah ginjal dan tumor otak. Penglihatannya mulai tidak berfungsi. Pada tahun yang sama, 1960, Buis tutup usia di kompleks misionaris di Deurne, Belanda. 

 

 

(LR) 

 

Sumber:

- Biografi Simon Buis SVD di dalam katalog arsip Eye Film Institute, Belanda

De Hilversumse Filmbrand oleh Koos Ruijzendall

Brand in Hilversum, dari situs Gooi en Vecht Historisch

Situs Jembrana Traveling Ministry & Tour