Di saat menjalani pendidikan menengah atas, Erlangga sudah membuat film. Ketertarikannya pada film membuatnya meneruskan pendidikan Digital Cinematography di Universitas Multimedia Nusantara, Serpong.
Saputangan (1949) sempat dilarang di Singapura. Bisa beredar setelah dialog berbau komunis dipotong.