Tahun 2009, Indonesia menggelar pemilihan umumnya, perhelatan akbar yang menyita hampir seluruh perhatian bangsa, termasuk para pembikin film. Queen Bee adalah contoh buktinya. Queen Bee meneropong proses demokratisasi itu dari jendela rumah pribadi kandidat presiden Rahmad Siregar. Zoom lebih dekat lagi, dari kamar anak semata wayangnya, tujuh belas tahun usianya, Queenita Siregar namanya.
Queen adalah figur yang unik. Ia adalah sosok yang disentralkan oleh seorang sosok sentral negeri ini. Bila perhatian rakyat tengah tertuju pada Rahmad Siregar, maka perhatian sang ayah semata tertuju pada Queen. Mekanisme keluarga yang bekerja antara dirinya dan sang ayah membuatnya seolah kebal hukum, selalu meraup kelenturan privilese tanpa harus berkubang citra negatif. Queen Bee mengubah posisi calon presiden tidak lagi sebagai pusat perhatian, melainkan hanya sebagai partner karakter utama. Konfigurasi karakter ini tentunya bisa dibaca lewat banyak cara. Saya memilih untuk melihatnya sebagai ajang pembalikan di hampir setiap kesempatan. Perhatian yang seharusnya berasal dari rakyat kepada calon pemimpinnya, dibalik menjadi perhatian penuh calon pemimpin terhadap rakyatnya. Rahmad diarahkan untuk mengevaluasi kembali keberadaan rakyat generasi muda lewat suara anak kandungnya sendiri.
Queen, dengan hak istimewanya sebagai anak kandung sang calon presiden, berpeluang menarik perhatian ayahnya meloncati jurang lebar penuh isu-isu besar ke isu yang sangat spesifik, yakni kreatifitas generasi muda. Di sini Queen Bee jelas sekali berusaha menginspirasi dua pihak sekaligus. Pertama, pihak generasi muda agar lebih kreatif sehingga Indonesia bisa ”menaklukkan dunia”, kedua, agar para pemimpin mendukung dan memperhatikan kreatifitas generasi muda.
Dalam lingkungan keluarga ada relasi yang berubah karena karir politik Rahmad. Otoritas ayah dalam diri Rahmad dibuat kasat mata lewat pengawal-pengawal yang menjaga Queen. Dengan adanya pengawal, Queen tidak bisa lagi menikmati posisi penuhnya sebagai seorang anak melainkan harus diperlakukan sesuai atur cara birokrasi, yang artinya Queen berperan sebagai rakyat.
Antara Queen dan Rahmad terjadi pergulatan saling sedot satu sama lain. Rahmad berusaha menyedot Queen ke dalam politik yang adalah ranah bekerjanya, sementara Queen berusaha menyedot Rahmad ke dalam dunia kreatif anak muda yang menjadi kegemarannya. Proses saling mempengaruhi ayah dan anak ini berlangsung secara resiprokal lewat jalan yang berbeda. Rahmad lewat proses politik dan Queen lewat hubungan keluarga.
Selanjutnya, Queen Bee juga menggelar ajang pembalikan dengan membuat generasi muda bercermin. Selama ini yang sering berkoar-koar menuntut pemerintah mengoreksi diri kan generasi muda. Nah, Queen mengajak kaum muda berkaca, bagaimana seandainya mereka yang salah bertindak? Dalam Queen Bee, Queen digambarkan sebagai karakter anak muda yang masih ragu meraba-raba, sementara Rahmad ialah watak yang matang dan penuh kesempurnaan akal. Ketika Queen berbuat salah, Rahmad menjadi penuntutnya. Kalau sehari-hari kita melihat pihak rakyat adalah penuntut sementara pemerintah adalah pihak yang mencari legitimasi, dalam Queen Bee kita melihat yang sebaliknya, Rahmad sang politisi selalulah yang menuntut dan Queen si rakyat yang senantiasa yang ingin dipercayai.
Relasi antara Rahmad dan Queen adalah relasi yang kompleks dan janggal. Lewat semacam simplifikasi, kita bisa menilai bahwa Rahmad adalah pemimpin dan Queen adalah rakyat, tetapi penilaian itu berbaur dengan peran lain mereka yakni sebagai ayah dan anak. Dalam Queen Bee, hanya ada dua orang ini yang bisa kita utak-atik relasinya, kita tak bisa mencari representasi rakyat maupun pemimpin yang lain sebab hanya Rahmad dan Queen-lah yang ada disana. Mau tak mau, kita harus membaca mereka lewat prosesi yang berlapis-lapis, penuh terkaan, kadang terbukti, kadang juga tidak.
Mutu sinematografi Queen Bee baik sekali. Buat saya, film ini tak perlu menghadirkan banyak adegan kampanye outdoor sebagai representasi kondisi politik sebab sangat beresiko secara teknis dan terbukti terlihat begitu pretensius. Hubungan keluarga antara Queen dan Rahmad saja sudah cukup untuk menghadirkan gradasi relasi politis yang dibutuhkan film ini. Meski begitu, Queen Bee tetap manis dibaca sebagai ajang pembalikan yang berupaya keras untuk menginspirasi (dalam banyak hal menceramahi) tanpa memihak.