Film horor yang digarap asal-asalan, dibumbui adegan seks dan sensasi pemberitaan, memang mendominasi layar-layar bioskop di tanah air. Namun Aditya Gumay, sutradara Rumah Tanpa Jendela yang kini tengah beredar, mencatat, belum pernah ada dari film-film tersebut yang mampu menyaingi angka penonton film-film yang ia kategorikan sebagai film yang baik, seperti Laskar Pelangi atau Ayat-ayat Cinta. Ini merupakan bukti bahwa penonton film di Indonesia memang menantikan film-film baik dan bermutu. Inilah yang mendorongnya untuk membuat film-film yang baik, penuh dengan muatan moral, karena pembuat film memiliki tanggung jawab sosial kepada masyarakat, katanya saat acara Nonton Bareng Pemain dan Pembuat Film Rumah Tanpa Jendela di bioskop Metropole XXI Kamis, 24 Februari 2011.
Film musikal berjudul Rumah Tanpa Jendela diproduksi oleh Sanggar Ananda, yang dikenal lewat serial komedi Lenong Bocah di tahun 90an, bersama dengan Smaradhana Production. Dwi Tasya yang merupakan pemain pendatang baru berduet dengan Emir Mahira yang sebelumnya bermain di film Garuda Di Dadaku. Film ini diangkat dari cerpen Asma Nadia berjudul Jendela Rara. Ini adalah kali kedua Adit membuat film yang diangkat dari tulisan Nadia, setelah sebelumnya cerpen Emak Ingin Naik Haji difilmkan.
Diawali usul dari Adit dan ditanggapi dengan baik oleh seluruh jajaran produser, pendapatan bersih dari film ini rencananya akan diberikan kepada anak-anak yang kurang beruntung melalui dua lembaga sosial; Yayasan Mutiara Indonesia yang dibentuk oleh Seto Mulyadi yang juga menjadi produser film ini, serta Rumah Baca Asma Nadia. Intan Ophelia, produser Rumah Tanpa Jendela berpendapat, tidak perlu menunggu seorang menjadi konglomerat untuk siap berbagi kepada sesama, terlebih lagi untuk anak-anak. Gerakan kepedulian tersebut juga ia rasa sudah pas dengan tema film ini.
Rumah Tanpa Jendela sendiri mengambil setting di Jakarta, lengkap dengan dua kontras besar antara pemukiman pemulung dan rumah serta fasilitas publik yang mewah. Tokoh utama dalam film ini: Rara, anak dari keluarga kurang mampu yang menginginkan jendela untuk rumahnya, serta Aldo yang berasal dari keluarga berkecukupan, dan mengidap Down syndrome. Mereka berteman dan berbagi konflik keluarga mereka masing-masing. Film musikal untuk keluarga ini diisi dengan enam lagu baru yang dibuat oleh Aditya Gumay dan Ouzan Ruz, yang juga bermain di film ini.