Artikel/Berita Bulan Film Nasional 2012: Filmmakers' Forum Membedah Visual dalam Film Kala

Berita Doni Agustan 29-03-2012

Filmmakers' Forum untuk Bulan Film Nasional tahun ini telah diselenggarakan pada hari Minggu, 25 Maret 2012. Acara yang awalnya direncanakan mulai pada pukul 10.00 mundur hingga pukul 11.00. Forum kali ini membahas film Kala dari segi artistik dengan pembicara Wencislaus (Penata Artistik film Kala). Acara dimulai dengan pemutaran film Kala dengan durasi 106 menit. Selain Wencislaus, hadir juga penggagas kegiatan forum ini yaitu Sidi Saleh (penata kamera dan sutradara) dan Adrianto Sinaga (sutradara dan penata artistik).

Setelah pemutaran film selesai dan istirahat selama sekitar 15 menit, forum tanya jawab dan diskusi dengan Wencislaus dimulai. Diawali dengan penjelasan singkat Wencislaus mengenai treatment artistik dalam film Kala. "Sebenarnya ini adalah timeless, fiksi dengan mengambil setting Indonesia dengan simbol-simbol tertentu. Seperti Soekarno pada film dipanggil sebagai Presiden Pertama, Timor Leste disebut Tenggara. Jika dikira-kira berdasarkan cerita, film ini bersetting tahun 1965 dan satu clue adalah bahwa tidak ada jam sepanjang film kecuali pada set perpustakaan," begitu dijelaskan oleh Iwen (panggilan akrab Wencislaus) ketika ditanya latar belakang waktu dan cerita dari film ini.

Diskusi yang dihadiri oleh 10 orang ini berlangsung hingga pukul 15.30. Banyak pertanyaan-pertanyaan menarik yang disampaikan kepada Iwen, salah satunya adalah pertanyaan dari Adrianto Sinaga yang menanyakan adakah dari semua set yang dikerjakannya untuk film ini yang tidak memuaskan. Iwen menjelaskan bahwa dia puas dengan semua hasil kerjanya kecuali satu set yaitu set rumah sakit yang baginya terlalu sepi karena tidak ada aktivitas. Konsep noir yang dipakai oleh film ini menjadi topik yang paling menarik dan mendapat banyak pertanyaan pada sore itu. "Noir itu sendiri umumnya jika kita lihat secara kasat mata terletak pada topi detektif, jaket panjang, dan shot siluet, referensinya adalah dari film LA Confidential," begitu jelasnya ketika ditanya konsep noir yang mempengaruhi film Kala.

Kala menghabiskan 33 hari syuting, sebagian besar lokasi adalah di Semarang. Lokasi lain adalah di Klaten, Ambarawa, dan Jakarta. Selain penjelasan teknis yang menarik selama pembuatan Kala, Iwen juga bercerita seputar properti yang sulit ditemukan, biaya yang dihabiskan untuk divisi artistik, dan kendala-kendala yang terjadi selama syuting. Salah satu yang menarik adalah bagaimana Iwen harus mengosongkan halaman depan Lawang Sewu yang ramai dengan para pedagang karena akan dipakai untuk set terminal.

Evaluasi dari Filmmakers' Forum kali ini adalah waktu dan jam pelaksanaan. "Untuk diskusi bulan depan, kita akan mulai setelah jam makan siang, diawali dengan pemutaran film dan diskusi hingga jam pemutaran film selanjutnya di Kineforum," begitu ujar Sidi Saleh. Selain itu Sidi Saleh dan Adrianto Sinaga juga berdiskusi siapa pembuat film yang akan mereka ajak diskusi untuk Filmmakers' Forum selanjutnya. Belum ada keputusan untuk itu, tapi mereka menyebut akan mengundang Penata Artistik dan Sinematografer dari film The Perfect House atau Tendangan dari Langit.