Festival Film Purbalingga (FFP), program tahunan Cinema Lovers Community, memasuki tahun kelima penyelenggaraannya mengadakan acara selama hampir satu bulan dengan rangkaian kegiatan yang menarik. Periode penyelenggaraan yang terbilang lama ini sebagian besar diisi program Layar Tanjleb (layar tancap) pada tanggal 30 April sampai dengan 22 Mei 2011. Kemudian FFP dilanjutkan dengan pemutaran film kompetisi, diskusi, dan agenda lainnya pada 26 hingga 28 Mei 2011. Tahun-tahun sebelumnya biasanya acara hanya diselenggarakan beberapa hari saja.
Menyadari kebutuhan masyarakat Banyumas Raya akan alternatif tontonan, FFP menyiapkan 15 titik pemutaran film layar tancap. Ada empat daerah lokasi pemutaran, yaitu Cilacap, Banjarnegara, Banyumas, dan Purbalingga. Film-film yang akan diputar adalah film panjang serta film pendek, di antaranya merupakan karya pelajar atau warga Banyumas Raya. Film panjang yang diputar antara lain: Hope (dokumenter, sutradara: Andibachtiar Yusuf) dan Minggu Pagi di Victoria Park (fiksi, sutradara: Lola Amaria).
Untuk program kompetisi, 19 film kategori fiksi dan enam film kategori dokumenter telah masuk ke meja panitia. Film-film tersebut merupakan karya para pelajar se-Banyumas Raya. Tahun ini, FFP mengambil juri untuk kategori fiksi dari kalangan buruh, petani, dan pedagang. Sementara untuk kategori dokumenter, juri berasal dari kalangan budayawan, akademisi, dan wartawan.
Semenjak tahun 2010, FFP juga menjalankan program Video Mantenan. Program yang berisi dokumentasi resepsi pernikahan ini dianggap sebagai dokumentasi sosial yang mampu berbicara dalam konteks sosiologis, antropologis, dan tentu saja artistik. Sayangnya tahun ini terjadi penurunan jumlah peserta dalam program Video Mantenan. Jika pada tahun 2010 program ini diikuti oleh sepuluh karya, tahun ini menurun hanya ada empat karya, yang berasal dari Kabupaten Banjarnegara dan Purbalingga. Penyelenggara menganggap penurunan peserta ini sebagai indikasi kurangnya karya dari para pelaku bisnis video mantenan di wilayah Banyumas Raya.
Programmer FFP Dimas Jayasrana mengutarakan bahwa posisi FFP sejak awal memang berfokus pada tingkat lokal, karena akses informasi serta ruang apresiasi yang demikian minim di daerah Purbalingga dan Banyumas Raya.