Cahaya dari Timur: Beta Maluku yang mengisahkan perjuangan sebuah klub sepakbola di pedalaman dengan bimbingan pelatih yang tak lolos seleksi tim nasional dan di tengah konflik berdarah Maluku, meraih penghargaan Piala Citra untuk film terbaik Festival Film Indonesia 2014. Piala disampaikan langsung oleh Presiden Joko Widodo pada acara puncak FFI 2014 di Palembang Square Convention Center Sabtu malam (6/12). Hal ini juga menandakan pertama kalinya seorang presiden hadir dalam acara FFI.
Meski meraih gelar film terbaik, Cahaya dari Timur hanya mendapat satu piala lain, yaitu untuk pemeran utama pria, Chicco Jerikho. Pemeran utama wanita diraih oleh Dewi Irawan (Tabula Rasa). Film terakhir ini membawa pulang tiga piala lagi: sutradara (Adriyanto Dewo), pemeran pendukung pria (Yayu AW Unru) dan penulis skenario asli (Tumpal Tampubolon). Film lain yang “memborong” empat Citra adalah Soekarno: pemeran pendukung wanita (Tika Bravani), penyunting (Cesa David Luckmansyah dan Wawan I Wibowo), pengarah artistik (Alan Sebastian), dan perancang busana (Retno Ratih Damayanti).
Dalam sambutannya di malam penganugerahan Festival Film Indonesia 2014, Presiden Joko Widodo mengatakan akan meningkatkan kekuatan ekonomi kreatif Indonesia, termasuk perfilman. "Dalam satu-dua bulan ke depan akan dibentuk Badan Ekonomi Kreatif yang berada langsung di bawah Presiden," ujarnya.
Sehari sebelumnya (5/12), pengumuman pemenang Piala Vidia untuk kategori televisi dilangsungkan di Ballroom Hotel Aryaduta Palembang.
Daftar lengkap pemenang Piala Citra dan Piala Vidia:
Piala Citra
Film Terbaik: Cahaya Dari Timur: Beta Maluku (Visinema Pictures, Ancora Foundation, PT Silo, Pemerintah Kota Ambon)
Sutradara Terbaik: Adriyanto Dewo (Tabula Rasa)
Pemeran Utama Pria Terbaik: Chicco Jerikho (Cahaya dari Timur: Beta Maluku)
Pemeran Utama Wanita Terbaik: Dewi Irawan (Tabula Rasa)
Pemeran Pendukung Pria Terbaik: Yayu AW Unru (TabulaRasa)
Pemeran Pendukung Wanita Terbaik: Tika Bravani (Soekarno)
Penulis Skenario Asli Terbaik: Tumpal Tampubolon (Tabula Rasa)
Penulis Skenario Adaptasi Terbaik: Riri Riza (Sokola Rimba)
Pengarah Sinamatografi Terbaik: Nur Hidayat (Sebelum Pagi Terulang Kembali)
Penyunting: Cesa David Luckmansyah dan Wawan I Wibowo (Soekarno)
Penata Musik Terbaik: Fajar Yuskemal dan Aria Prayogi (Killers)
Penata Suara Terbaik: Fajar Yuskemal dan Aria Prayogi (Killers)
Penata Visual Efek Terbaik: Adam Howarth & Eltra Studio (Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck)
Pengarah Artistik Terbaik: Alan Sebastian (Soekarno)
Perancang Busana Terbaik: Retno Ratih Damayanti (Soekarno)
Film Animasi Terbaik: Asia Raya (Anka Atmawijaya Adinegara)
Film Dokumenter Terbaik: DolananKehidupan (Afina Fahtu M dan Yofa Arfi)
Film Pendek Terbaik: Onomastika (Loeloe Hendra)
Lifetime Achievement: Slamet Raharjo
Penghargaan Khusus Aktor Cilik: Tissa Diani Azzahra (3 Nafas Likas) dan Nengkabau Sunting (Sokola Rimba)
Piala Vidia:
Film Televisi Terbaik: Garis Finish (Serambi SET, Kompas TV)
Pemeran Utama Pria Terbaik: Surya Saputra (3 Butir Kurma, Kompas TV)
Pemeran Utama Wanita Terbaik: Yuki Kato (Akankah Bunda Datang ke Pernikahanku?, RCTI)
Pemeran Pendukung Pria Terbaik: Mathias Muchus (Garis Finish, Kompas TV)
Pemeran Pendukung Wanita Terbaik: Denaya Bintang Azmi (Kau dan Aku dalam Rindu, J'Go)
Sutradara Terbaik: Hestu Saputra (Garis Finish, Kompas TV)
Penulis Skenario Terbaik: Bagus Bramanti (Garis Finish, Kompas TV)
Penata Sinematografi Terbaik: Batara Goempar (Garis Finish, Kompas TV)
Penata Artistik Terbaik: Gaper RVJ (Garis Finish, Kompas TV)
Penyunting Gambar Terbaik: Ilham Adinatha (3 Butir Kurma, Kompas TV)
Penata Suara Terbaik: Mulyono (3 Butir Kurma, Kompas TV)
Penata Musik Terbaik: Candra Malik (Garis Finish, Kompas TV)
Perancang Busana Terbaik: Tohir (Kau dan Aku dalam Rindu, J'Go)