Sebuah festival film pendek untuk pertama kalinya diselenggarakan di Solo, Jawa Tengah dengan nama Festival Film Solo (FFS). FFS yang berlangsung tanggal 4-7 Mei 2011 kali ini mengkhususkan diri pada film pendek fiksi. Beberapa program kompetisi dan non kompetisi diputar di Gedung Kesenian Solo.
Penghargaan pada festival ini terbagi dua: Ladrang Award untuk film fiksi pendek terbaik dan Gayaman Award untuk film fiksi pendek terbaik khusus pelajar. Dari 169 film yang terdaftar, tim kurasi menghasilkan 5 film unggulan Ladrang Award dan 4 film unggulan Gayaman Award.
Ricas CWU, Direktur Festival menjelaskan, ketiadaan festival yang memiliki fokus pada film-film pendek Indonesia menjadi landasan awal terselenggaranya FFS. Kota Solo, menurut Ricas, sudah memiliki sarana yang cukup untuk menyelenggarakan festival film pendek dengan skala nasional. Ia juga menambahkan keterlibatan publik, khususnya masyarakat Solo, yang akhirnya melahirkan FFS.
Selain pemutaran film di Gedung Kesenian Solo, FFS juga memiliki program Tamasya Layar Tancap. Pemutaran layar tancap ini akan digelar secara serempak, di 26 titik di kota Solo, Karanganyar, dan Klaten. Film yang akan diputar pada program ini adalah film karya setempat dan beberapa film pendek hasil kurasi FFS.
Minimnya ruang berkesenian di Solo juga mendapat sorotan pada FFS. Diskusi ‘Memetakan Kembali Ruang Berkesenian di Solo’, diselenggarakan pada Jumat, 6 Mei 2011, di Balai Soedjatmoko, Bentara Budaya Surakarta. Pembicara pada diskusi ini antara lain: Joko Narimo (Programmer Gedung Kesenian Solo) dan Purnomo Subagyo (Kepala Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Surakarta).
Temu Komunitas yang menjadi wadah bertemunya komunitas film dari beberapa daerah di Indonesia juga diisi dengan beberapa diskusi. Beberapa agenda yang sudah dijadwalkan antara lain: perkenalan komunitas JALIN dari Sulawesi Tengah, diskusi ‘Pemanfaatan Media Online dalam Publikasi Low Budget’, dan perkenalan portal film Indonesia Film Centre (IdFC) yang masih dalam proses pengerjaan.