Fauzi Baadila kembali hadir ke layar bioskop Indonesia lewat sebuah film berjudul Sebelum Pagi Terulang Kembali yang tayang pada 8 Mei 2014. Kali ini, Ia berperan sebagai tersangka Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) setelah menyuap pejabat pemerintah demi mendapatkan jatah proyek. “Saya bangga banget bisa ikut main dalam film ini. Apalagi karena bisa ikut melawan korupsi lewat film.” ujarnya di Lounge Djakarta Theatre XXI, Sarinah, 2 Mei 2014. Dalam Sebelum Pagi Terulang Kembali, aktor yang juga akrab disapa Oji ini diceritakan sebagai Satria, seorang kontraktor licik dengan watak ambisius. Ia tetap nekat menyuap atasan ayahnya, kendati tahu resiko tindakannya dapat berakibat buruk bagi karir sang ayah sebagai pejabat pemerintah yang dikenal ‘lurus’.
Pembahasan korupsi dalam Sebelum Pagi Terulang Kembali menempatkan lingkungan keluarga sebagai sentral cerita. Aktor yang berperan sebagai Tano dalam omnibus Recto Verso (2013) ini mengatakan bahwa keluarga digambarkan sebagai miniatur sosial masyarakat Indonesia, di mana masing-masing individu memiliki pandangan dan reaksi yang berbeda-beda, terutama terhadap kasus korupsi di sekitarnya.
Bagaimana persiapan memerankan sosok Satria? Apa saja tantangannya? “Fokus ke naskah. Cara saya memperdalam karakter yang saya mainkan selalu begitu. Sebisa mungkin tidak dicampur dengan pengetahuan dan pemahaman pribadi. Dan tidak perlu juga melakukan survey, kecuali kalau saya memang disuruh memerankan seseorang yang benar-benar ada.” imbuh pria kelahiran Kairo, Mesir ini. Lebih lanjut, Oji mengakui bahwa film besutan sutradara Lasja F. Susatyo ini sangat menarik. “Saya langsung mengiyakan sejak pertama kali ditawari dan membaca naskahnya.” ujarnya sembari tertawa.
Sejak pertama kali muncul di layar lebar lewat film Kwaliteit (2003) besutan sutradara Dennis Adhiswara, nama Fauzi Baadila kerap identik dengan sosok antagonis. Ia terbilang sering memerankan karakter yang ‘jahat’. Menyangkut hal ini, Oji sendiri mengaku merasa bosan. “Saya sih pingin sekali-sekali dapat peran yang baik. Jenuh juga dapat peran antagonis.”
Selain itu, aktor yang memulai karirnya di awal tahun 2000-an sebagai model iklan ini juga mengaku mendapat kesan tersendiri. “Menurut gue film Indonesia itu ada dua tipe. Satunya mengikuti Hollywood, satunya lagi nggak. Nah film ini lebih mirip yang kedua. Ceritanya lebih riil, lebih akrab, lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari karena fokusnya di kehidupan keluarga Indonesia. Dengan begini, saya harap sih bisa lebih mudah masuk dan diterima kalangan penonton lokal.” Lalu, Oji juga berharap dengan mengangkat isu korupsi dan politik dalam latar keluarga, film ini mampu menawarkan pandangan kritis kepada masyarakat tentang korupsi dan politik, dan bagaimana cara untuk menyikapinya.
Betapa pun, Oji tidak terlalu mempersoalkan seberapa besar potensi keberhasilan film ini melawan fenomena korupsi. “Saya tidak tahu akan seperti apa dampak atau pengaruhnya. Yang penting kita bicara jujur aja. Tugas aktor kan begitu (tertawa). Selanjutnya biar masyarakat yang menilai. Mungkin ada yang menganggap film ini berhasil mengkampanyekan perlawanan terhadap korupsi, mungkin juga ada yang menganggap tidak berhasil. Kita kembalikan semuanya ke penonton.” jelas aktor yang memerankan Damar dalam film Mengejar Matahari (2004) ini.
Terhadap film Indonesia, Oji juga mengimbau masyarakat agar mau pergi dan menonton di bioskop. “Nonton filmnya di bioskop dong. Kalau tidak, bagaimana industrinya bisa berkembang? Nonton film bajakan itu malah membantu praktek korupsi lho.” candanya.
Selain itu, pria yang gemar traveling ini juga menganggap dirinya mudah terbawa mood. Kemudian bagaimana dengan tuntutan sebagai aktor yang harus selalu siap berperan, terutama pada saat proses syuting. “Meskipun saya agak susah buat mengontrol mood. Tapi kalau lagi kerja tidak begitu kok. Kalau lagi syuting, saya pasti selalu usahakan agar fokus akting. Perkara mood bisa diduakan lah. Ketika lagi tidak kerja, gue justru lebih gampang moody. Nah kalau sudah begitu, saya lebih memilih untuk tinggal di rumah saja. Kadang jalan-jalan, tapi lebih suka di rumah saja.” imbuhnya sembari tertawa.
Masih berkaitan dengan sifatnya yang moody,sebagai traveler, Oji dikenal cukup nyentrik dan liar. Terlepas dari pengalamannya menjadi presenter untuk program-program traveling di beberapa stasiun televisi, pria ini mengaku senang berlibur sendirian dengan modal seadanya, atau gaya traveling yang umum disebut dengan backpacking. “Traveling buat saya ya seperti itu. Lebih bebas mau ngapa-ngapain”.
Ke depannya, Oji juga akan membintangi satu film yang masih bertemakan korupsi. Namun Ia menolak membeberkan detailnya seperti apa. “Yang jelas akan lebih ‘gelap’ daripada yang ini (Sebelum Pagi Terulang Kembali).” Bagaimana dengan perannya? Masih dengan peran antagonis? “Tunggu saja filmnya ya!” tutupnya.