"Di manapun kita bermain, besar maupun kecil kita harus bisa bangga dengan peran itu. Peran-peran saya sebelumnya kecil, tapi saya selalu berusaha untuk membesarkan karakter itu. Dan itu adalah tantangan tersendiri: bagaimana orang setelah melihat akting kita, bisa terkesan bagi mereka yang menontonnya," urai Joshua Suherman dengan nada serius. Dulu sosoknya dikenal sebagai salah satu penyanyi cilik yang sukses. Ketenarannya saat itu bahkan membawanya ke panggung layar lebar lewat film Joshua oh Joshua (2001) karya Edward Sirait. Itu adalah film pertama Joshua.
Menginjak dewasa ia menapaki kembali karirnya sebagai pemain film. Film pertamanya setelah melepas masa kecilnya adalah Menebus Impian (2010) bersama Hanung Bramantyo. Sejak saat itu Joshua selalu dilibatkan Hanung dalam film arahannya. Sang Pencerah (2010) dan Tendangan Dari Langit (2011) adalah dua film berikutnya. Saat itu Joshua belum dipercaya untuk mendapatkan porsi utama.
Kini kesempatan mengeksplorasi karakter lebih dalam datang saat Joshua terlibat dalam film horor komedi 3 Pocong Idiot. Di film karya Nayato Fio Nuala, sulung dari tiga bersaudara itu akhirnya mendapatkan peran utama. "Ini adalah film pertama saya sebagai pemeran utama. Jujur ini sedikit lebih beban, dan saya ingin berusaha agar orang tidak bosan dengan apa yang saya perbuat di depan kamera", jelas Joshua.
Berturut-turut main dalam film drama, dan tiba-tiba mengambil peran sebagai pocong di horor komedi. Joshua menyatakan perannya kali ini adalah untuk membuktikan bisa bermain di jenis film apapun. Tapi, ia juga tidak menampik bahwa sampai saat ini masih bingung mau ke mana ia ingin menentukan arahnya. "Saya nggak tahu mau jadi aktor seperti apa, tapi yang jelas, apa yang sudah saya lakukan dan saya capai itu tidak boleh berada di bawahnya. Jika sudah main film drama, berarti main film drama lagi saya harus lebih bagus. Saya belum main film horor komedi seperti ini, yang kata orang kelas menengah bawah. Saya ingin mencobanya. Dan saya ingin menyamakan konsep lucu di otak saya sama konsep pasar. Kaya apa sih?" tambahnya.
Sebagai mantan bintang cilik yang kembali bersinar di masa remajanya, perjalanan karirnya bisa jadi mirip-mirip dengan Rano Karno. Namun Joshua sangat menolak saat dirinya disamakan dengan Rano Karno. "Ya kalau memang dibilang seperti itu, saya belum bisa dikatakan seperti beliau. Beliau itu legendalah. Nanti kalau sudah tiga puluh tahun ke depan dan saya masih eksis dan terus bisa berkarya dengan baik, nah barulah boleh disamakan dengan beliau. Saat ini saya cuma bisa berusaha semaksimal mungkin untuk bisa sama dengan beliau,"
Akting bagi Joshua adalah hal yang sangat penting selain menyanyi. Tapi, ada hal lain yang juga menjadi prioritasnya selama ini. Pendidikan baginya adalah hal penting yang tidak boleh ditinggalkan. Faktor inilah yang membuatnya sempat hilang dari dunia hiburan. "Dunia seni peran dan musik telah membesarkan nama saya, tapi di satu sisi, saya tidak boleh melupakan dunia pendidikan, karena itu akan mendukung perjalanan karir saya ke depan," jelas Joshua yang kini berstatus mahasiswa semester dua jurusan komunikasi di salah satu universitas swasta di Jakarta.