Oh Ay Ceng, pegawai perkebunan, terpaksa melepaskan Marsiti, kekasihnya yang setia, demi mengikuti kehendak ayahnya untuk kawin dengan Gwat Nio, putri pemilik perkebunan tempatnya bekerja. Marsiti sendiri mendorong Ay Ceng untuk patuh pada kehendak orangtua. Marsiti pergi dan meninggal. Ayah Gwat Nio membuka rahasia bahwa Marsiti itu adalah anaknya dari seorang piaraannya. Dari perkawinan Ay Cheng-Gwat Nio lahir Hoey Eng alias Lily yang tumbuh jadi gadis elok. Ia dipertunangkan dengan Sim Bian Koen, anak pemilik perkebunan Tjikembang. Sesaat sebelum perkawinan berlangsung, Lily meninggal. Bian Koen sangat masygul dan akan pergi ke Kanton untuk jadi tentara. Niat ini dihalangi Ay Cheng agar bisa menghadiri peringatan kematian Lily. Suatu hari menjelang keberangkatan ke Tiongkok, Bian Koen mengunjungi perkebunan Tjikembang dan sampai di pemakaman pribumi. Tiba-tiba ia berhadapan dengan "Lily". Terbukalah rahasia. Yang nampak oleh Bian Koen itu bukanlah Lily, tapi Roosminah, putri Marsiti dengan Ay Cheng. Roosminah akhirnya dipersunting Bian Koen.
Kisah film ini aslinya karya Kwee Tek Hoay yang pertama-tama dimuat secara bersambung dalam majalah "Panorama" sejak Maret 1927, kemudian dipentaskan oleh Union Dalia Opera pada 1927. Film ini dikritik habis oleh Andjar Asmara (wartawan, penulis naskah sandiwara) karena suaranya buruk. The Teng Chun, anak eksportir hasil bumi (The Kiem Ie), belajar di San Fransisco. Di sini ia berkenalan dengan dunia film, dan menganjurkan agar ayahnya beralih usaha dengan mengimpor film Cina. Teng Chun meninggalkan sekolahnya dan pindah ke Shanghai untuk ikut-ikutan membuat film.Sumber : The Teng Chun (1972)