Katalog Cinta Suci Zahrana

10
Penulis skenario
Pak Munajat, ayah Zahrana
Penulis cerita
Sinopsis

Sukses Siti Zahrana di bidang akademis, malah membuat cemas orangtuanya, karena Zahrana belum juga menikah di usianya yang memasuki kepala tiga. Sudah banyak laki-laki yang meminangnya, namun Zahrana menolak dengan halus.

Konflik batin Zahrana timbul: menuruti keinginan orangtua atau mengejar cita-cita. Sebenarnya Zahrana sudah mengalah. Ia tak menerima tawaran jadi dosen di UGM. Alasannya karena orang tuanya yang tinggal di Semarang tidak mau jauh. Zahranapun memilih mengajar di sebuah universitas di Semarang. Ia tetap bisa tinggal bersama orang tuanya. Zahrana juga mengalah pada orang tuanya hingga ia tidak mengambil tawaran beasiswa S3 di Cina.

Puncak konflik batin Zahrana ketika dilamar Sukarman, seorang duda dan dekannya, begitu kembali dari Thinghua University sehabis menerima penghargaan. Zahrana tidak menerima lamaran atasannya itu meski orangtuanya kecewa. Alasan Zahrana semata-mata persoalan moral atasannya yang terkenal suka meminta setoran kepada mahasiswa bila ingin nilai bagus bahkan suka bermain cinta dengan mahasiswanya sendiri. Di samping alasan moral, Zahrana tak mungkin menerima lamaran atasanya yang berusia kepala lima.

Akibat menolak lamaran itu, Zahrana akan dipecat secara tidak hormat. Zahrana mendahuli mengajukan pengunduran diri dan memilih mengajar di sebuah sekolah kejuruan teknik. Zahrana sadar, ia harus cepat-cepat bersuami. Hati Zahrana berargumen lain, bisa saja dirinya melanjutkan cita-cita di dunia kademik meski sudah bersuami. Ia pun minta saran kepada pimpinan pondok pesantren yang masih saudara jauh teman akrabnya. Oleh pimpinan pondok pesantren Zahrana dipertemukan seorang pemuda yang dari sisi pekerjaan kurang prestisius. Pemuda itu pedagang kerupuk keliling dan Zahrana merasa cocok. Ia bertekad mengabdikan hidupnya kepada Allah melalui ibadah dalam rumah tangga.

Celakanya, calon suaminya meninggal, tertabrak Kereta Api tak jauh dari perkampungan. Disusul pula dengan kematian ayahnya yang sudah lama mengidap penyakit jantung. Saat itu Zahrana merasa sudah mati. Ia hanya di rumah sambil menekuri diri. Sahabat-sahabat dan kerabatnya banyak yang berdatangan. Salah seorang penjenguk, dokter perempuan yang sempat mengobatinya di rumah sakit. Perempuan itu ternyata ibu mahasiswa bernama Hasan yang skripsinya sempat dia bimbiang. Kedatangan ibu dokter ini sekaligus mengobati luka cinta Zahrana.

Ibu dokter mengabarkan, anaknya, Hasan, berniat menikahinya. Zahrana menyampaikan satu syarat. Bila anak ibu dokter benar meminangnya, ia minta agar pernikahannya nanti malam setelah shalat tarawih. Tawaran diterima ibu dokter. Tepat jam tujuh malam, mereka melangsungkan pernikahan suci di masjid yang disaksikan para jamaah shalat tarawih. Malam pertama bulan Ramadhan menandai berakhirnya penderitaan Zahrana.