Perempuan sama derajatnya dengan laki-laki. Layaknya lawan jenisnya, seorang perempuan bisa memikirkan dan menjalankan banyak hal dalam hidupnya. Pembuat film Bila sepertinya punya ide lain. Sepanjang 90 menit, penonton dihadapkan pada dua perempuan yang tergila-gila pada seorang laki-laki, mulai dari pertemuan pertama waktu sekolah, hingga lima tahun setelah mereka lulus dan punya pekerjaan masing-masing. Dalam film ini, perempuan ditampilkan layaknya makhluk yang tak punya hasrat dan kebutuhan lain, selain uluran tangan sang laki-laki pujaan.
Perempuan bukanlah satu-satunya korban dalam Bila. Logika cerita juga dilukai sedemikian rupa, sehingga penonton seakan-akan diremehkan akal sehatnya. Tidak ada satu sekolah pun di dunia ini, yang kegiatan belajar-mengajarnya mengikuti kehidupan cinta para pelajarnya. Dengan dalil ingin ke kamar belakang, seorang protagonis bisa meninggalkan kelas untuk mencari laki-laki pujaannya, dan tidak mendapat sanksi setelahnya. Sepanjang jalinan kisah Bila,realita berteriak keras pada kebutuhan cerita, namun tidak ada satu tokoh pun yang mau mendengarnya.