Dibaca sekilas, judul Pocong Minta Kawin mengundang sejumlah pertanyaan.Ada apa dengan si pocong, sampai ia merengek minta pasangan hidup? Tidak puaskah ia dengan ketenaran dirinya sebagai selebritis film horor negeri kita? Usut punya usut, si pocong adalah arwah penasaran seorang gadis bergigi tonggos, yang ditinggal calon suaminya tepat di hari pernikahannya. Gundah gulana, si gadis pun loncat dari lantai atas rumah susunnya.
Lantas, seisi rumah susun geger. Si pocong datang terus-menerus. Adegan yang sama pun berulang terus-menerus. Lakonnya saja yang beda. Ada empat mahasiswa penghuni baru, yang menyikapi kemunculan si pocong dengan lari terbirit-birit, menabrak satu sama lain, dan berteriak ke sana ke mari. Ada waria penjaga salon, yang juga lari terbirit-birit, menabrak orang di sekelilingnya, dan berteriak ke sana ke mari. Ada juga penyanyi dangdut lokal (diperankan oleh Julia Perez), yang reaksinya sama saja dengan oknum-oknum barusan. Khusus untuk oknum terakhir, ada porsi adegan tersendiri yang memamerkan kostum ketat dan liukan tubuhnya.
Pocong tak dapat ditolak, dukun pun bertindak. Dijelaskan bahwa si pocong ingin bertemu kembali dengan lelaki (mantan) calon suaminya dulu. Sebuah solusi yang sudah jelas sejak awal film, mengingat premis dan perkembangan ceritanya yang tak terlalu banyak. Apalagi si dukun sendiri sudah tahu perihal kehadiran si pocong, dan terlihat rajin bergaul dengan para penghuni rumah susun. Namun, pembuat film sepertinya keasyikan menyaksikan para lakonnya pontang-panting, sampai-sampai mereka lupa kalau cerita film sama sekali tidak tertata. 84 menit durasi film pun terbuang percuma. Toh, si pocong tetap kembali di akhir film, membawa beberapa rekan sejawatnya.
Si pocong mungkin sebenarnya tidak minta kawin. Dia hanya minta pembuat film di Indonesia, terutama mereka yang rajin mengeksploitasi tenaga kerjanya, untuk mencari cara baru dalam menuturkan riwayat hidupnya. Sama seperti penonton, pocong juga bisa bosan.