Sekitar 70 film pendek Indonesia dan mancanegara, juga beberapa lokakarya, bisa ditonton publik dengan gratis selama XXI Short Film Festival, yang diselenggarakan Cinema 21 pada 13-16 Maret 2014 di Epicentrum XXI, Kuningan, Jakarta. Pembukaannya berlangsung pada 12 Maret 2014. Yang menarik dari XXI Short Film Festival 2014 adalah cukup banyak film yang mengangkat topik seputar anak-anak dan bertokoh anak-anak.
“Apresiasi dari pembuat film muda membuat kami optimis bahwa XXI Short Film Festival bisa menjadi wadah untuk menemukan bakat-bakat baru perfilman Indonesia di masa depan, sekaligus sebagai tolak ukur kualitas perkembangan film pendek Indonesia yang dapat ditayangkan untuk konsumsi masyarakat luas.” ujar Catherine Keng, Direktur Festival yang juga Corporate Secretary Cinema 21 dalam pengantarnya. Ia juga menjelaskan, tingginya antusiasme publik yang membuat XXI Short Film Festival kembali diadakan.
Yang membedakan penyelenggaraan tahun ini adalah diadakannya Short Film Pitching Project untuk pertama kali. Program ini merupakan kesempatan bagi pembuat film pemula untuk mendapat dukungan produksi film pendek. Setelah melalui beberapa tahapan, termasuk lokakarya pembekalan produksi film, terpilih sembilan tim yang akan mempresentasikan ide film pendek mereka kepada produser yang tergabung dalam Asosiasi Produser Film Indonesia (APROFI) dan pihak Cinema 21 pada 12 Januari 2014. Tiga ide cerita film pendek terpilih akan mendapatkan bantuan dana produksi sebesar 10 juta rupiah dan fasilitas pasca produksi dari SSR – School of Media, Jakarta. Hasil akhir ketiga film pendek tersebut akan ditayangkan pertama kali di XXI Short Film Festival 2015.
Selain pitching forum, program XXI Short Film Festival 2014 tidak berbeda jauh dengan program festival tahun sebelumnya. Program pemutaran XXI Short Film Festival terdiri dari pemutaran film kompetisi, non kompetisi, dan retrospeksi. Dari 430 karya yang masuk, ada 22 finalis untuk tiga kategori kompetisi: fiksi naratif, dokumenter, dan animasi. Pada kategori fiksi naratif, selain film-film yang baru tayang pertama kali, ada pula film finalis yang pernah diputar dan memenangkan kompetisi film pendek di festival film lain, seperti A Lady Caddy Who Never Saw a Hole in One, Halaman Belakang, Sepatu Baru, Si Manggale, dan Lembar Jawaban Kita.
Pada kategori dokumenter, film Chocolate Comedy dan Selamat Tinggal Sekolahku yang pernah diputar di International Documentary Film Festival Amsterdam (IDFA) bersanding dengan film Mana Janjimu? yang dibuat oleh pelajar SMP, sekaligus finalis termuda di XXI Short Film Festival. Sedangkan kategori animasi masih menjadi kategori dengan jumlah finalis terkecil atas dasar kelayakan. Beberapa finalis dan pemenang XXI Short Film Festival 2013 ada pula yang kembali berpartisipasi tahun ini, antara lain Amelia Hapsari dan Senoaji Julius.
Para finalis kompetisi tersebut akan memperebutkan penghargaan utama Film Pendek Fiksi Naratif Terbaik, Film Pendek Animasi Terbaik, Film Pendek Dokumenter Terbaik.
XXI Short Film Festival 2014 juga kembali melibatkan media memberikan penghargaan Pilihan Media untuk masing-masing kategori. Tahun ini, festival bekerjasama dengan IMPAS (Indonesian Motion Pictures Association), dimana masing-masing perwakilan asosiasi terlibat untuk menentukan Film Pendek Pilihan Versi IMPAS. Sedangkan Film Pendek Favorit diberikan untuk film yang paling banyak dipilih penonton.
Dewan juri XXI Short Film Festival 2014 terdiri dari Hanung Bramantyo, Sheila Timothy, dan Lukman Sardi untuk kategori fiksi naratif; Candra Endroputro, Gotot Prakosa, dan Wahyu Aditya untuk kategori animasi; Abduh Aziz, Mandy Marahimin, dan Riri Riza untuk kategori dokumenter. Juri media terdiri dari Leila S. Chudori, Lisa Siregar, Witra Asliga, Amir Syarif Siregar, dan Bobby Batara.
Salah satu yang menjadi daya tarik XXI Short Film Festival adalah hadiah untuk para pemenang: kesempatan film-film pendek tersebut diputar di beberapa jaringan bioskop Cinema 21 seusai festival, seperti tahun lalu. Selain itu, XXI Short Film Festival 2014 juga menghadiahkan televisi, kamera, uang tunai sebesar 10 juta rupiah, serta paket beasiswa dan potongan harga dari SAE Institute Jakarta. Penonton juga berkesempatan memenangkan hadiah lucky draw.
Program non kompetisi
Di luar program kompetisi, XXI Short Film Festival 2014 juga memutar film-film pendek nasional dan internasional pilihan, serta program retrospeksi Focus On: Tintin Wulia sebagai program non kompetisi. Ia dikenal sebagai seniman video kelahiran Denpasar, Bali yang kini menetap di Brisbane, Australia dan direpresentasikan Osage Gallery, Hong Kong. Ia pernah terlibat di beberapa Biennale internasional dan beberapa karya seninya menjadi bagian dari koleksi tetap museum dunia seperti Singapore Art Museum. Ada 14 karyanya yang diputar di XXI Short Film Festival termasuk Everything’s OK dan Ketok.
Sama seperti tahun lalu, International Short Variety memutar film-film pendek pilihan internasional. Tahun ini, ada tiga film nominasi Oscar untuk kategori Best Live Action Short, juga pemenang Best Short Film di Festival Film Cannes, Sundance, dan Berlinale.
“Program ini mencoba merangkum film pendek dunia dalam satu tahun, dengan melihat pilihan-pilihan terbaik dari beberapa kompetisi bergengsi, yang kemudian disesuaikan dengan audiens XXI Short Film Festival.” jelas Direktur Program Nauval Yazid, mewakili tim program yang terdiri dari Damar Ardi, Meninaputri Wismurti, dan Varadila, pada konferensi pers yang berlangsung di Club XXI Djakarta Theatre, Jakarta, pada Kamis, 27 Februari 2014.
Publik juga dapat menikmati film-film pendek dari Asia Tenggara dan Cina yang kembali dihadirkan lewat program S-Express, sebuah program jaringan kerja pertukaran film pendek antar negara-negara, yang inisiatifnya dimulai sejak 13 tahun lalu. Sebelumnya, S-Express pernah menjadi salah satu program Jakarta International Film Festival (JiFFest).
Tahun ini, ada lima lokakarya yang bisa dihadiri publik dan gratis: Creative Thinking in Short Film, Create Your Sound!, Film Pendek jadi Iklan!, Camera Techniques in Film, dan 3D Animation Short Movie Production.
Finalis Kompetisi Film Pendek Fiksi Naratif
1. Lewat Sepertiga Malam (Orizon Astonia, Jakarta)
2. Horison (Samuel Ruby, Singapura)
3. A Lady Caddy Who Never Saw a Hole in One (Yosep Anggi Noen, Yogyakarta)
4. Si Manggale (Donny Arlen, Jakarta)
5. Cita (Andi Burhamzah, Makassar)
6. Sepatu Baru (Aditya Ahmad, Makassar)
7. Halaman Belakang (Yusuf Radjamuda, Palu)
8. Lembar Jawaban Kita (Sofyana Ali Bindiar, Bandung)
9. Gazebo (Senoaji Julius, Yogyakarta)
Finalis Kompetisi Film Pendek Dokumenter
1. Konjak Julio (Meli R. Hadjo, Kupang)
2. Akar (Amelia Hapsari, Jakarta)
3. Ksatria Sembrani (Hestian Febriani, Yogyakarta)
4. Mana Janjimu (Eko Junianto, Purbalingga)
5. Selamat Tinggal Sekolahku (Ucu Agustin, Jakarta)
6. Chocolate Comedy (Chairun Nissa, Jakarta)
7. Besok Syuting, Hari Ini Kakek Meninggal (Maria Rosiana Sedjahtera, Denpasar)
Finalis Kompetisi Film Pendek Animasi
1. Tobi (Brian Chandra, Jakarta)
2. Aditya & Putri Matahari (Gangsar Waskito, Jakarta)
3. Asiaraya (Anka Atmawijaya Adinegara, Jakarta)
4. Just Teasing (Noris Wijaya, Malang)
5. Rocking Chair (Aji Shalahuddin & Dony L. Saputro, Jakarta)
6. Kitik (Ardhira Anugrah Putra, Jakarta)
Finalis Short Film Pitching Forum
1. Listen (Deby Cecilia Kohandi & Rachel Amanda, Jakarta)
2. Agus & Agus (Aji Aditya, Lampung)
3. Catur (Elsaf Kurniawan, Kamaludin, Moh. Yunus Ariakusumah, Bandung)
4. Pembalut (Noval Badanzi, Siti Hanna Mariyam, Agung Purnama Aziz, Jakarta)
5. Impresi (Cristian Imanuell, Diaz Ernawan, Lady Arianne Bernadi, Jakarta)
6. Album Photo (Nur Wulandari & Nastitya Diesta Whiwanda, Yogyakarta)
7. Karawitan (Alvin Agastia Zirtaf & Azka Namirah, Jakarta)
8. The Fighter (Terbit Nurcahya Basuki & Firmanulloh, Surabaya)
9. Jawara (Yuril Salsabila, Wendy Ramdhany, Muhammad Ramadhan, Bandung)