Amalia Sekarjati
Jurnalis filmindonesia.or.id dan publisis Kineforum, lulusan Universitas Multimedia Nusantara,
Ada satu perubahan yang yang kita kenal dengan reformasi, tapi korban yang berjatuhan juga banyak. Kan maunya kejadian itu tidak terulang lagi. Kalau mau ada perubahan ke arah yang bagus, ya bagus. Namun, jangan sampai ada korban.
Untuk tahun 2014 ini, ada sepuluh naskah film yang masuk untuk Acha. Namun, ia hanya menerima lima film dengan pertimbangan cerita filmnya sekaligus waktu yang tersedia. Apa tidak bosan main di film-film cinta terus? “Nggak, sih. Saya suka sekali akting, jadi nggak bosan. Di mata saya, semua peran pasti menantang.”
Sebelum Pagi Terulang Kembali terpilih menjadi penerima Piala Dewantara Apresiasi Film Indonesia (AFI) 2014 untuk kategori Film Panjang Bioskop. Sedang film Maryam (Sidi Saleh, 2014), yang baru saja menang Film Pendek Terbaik di Festival Film Internasional Venice 2014, menerima penghargaan untuk kategori Film Pendek. Penghargaan Adi Karya diberikan untuk Harimau Tjampa (1953) karya D Djajakusuma. Dan Adi Insani diberikan kepada seniman Gotot Prakosa.
Sejak 1 September 2014, Lembaga Sensor Film (LSF) menerapkan penggolongan penonton baru untuk film dan iklan film yang disensor. Jika sebelumnya penggolongan terdiri dari Semua Umur, Remaja, dan Dewasa, kini dibagi menjadi Semua Umur, 13 tahun ke atas, 17 tahun ke atas, dan usia 21 ke atas.
Dalam rangka sosialisasi Peraturan Pemerintah terbaru tentang sensor film, Lembaga Sensor Film (LSF) menyelenggarakan Forum Koordinasi dan Kerjasama LSF dengan PPFI, GPBSI, dan Lembaga Televisi. Forum tersebut menghadirkan Ketua LSF Mukhlis Paeni sebagai pembicara kunci. Acara berlangsung di Gedung Film, Pancoran, Jakarta Selatan pada Senin, 9 Juni 2014 pukul 13.00-16.00.
Juri FFP 2014, mengumumkan bahwa tidak ada pemenang untuk kategori Fiksi SMA. Untuk Dokumenter SMA, film Dhewek be Islam karya Sidiq Nur Toha dari MA Minat Kesugihan Cilacap meraih Film Dokumenter SMA Terbaik. Dan Tuyul karya Eko Junianto dari SMP 4 Karangmoncol Purbalingga menang Film Fiksi SMP Terbaik.
A Lady Caddy Who Never Saw A Hole In One (Lady Caddy) karya Yosep Anggi Noen mendapat Keris Pusaka Ladrang sebagai pemenang kategori Ladrang (umum-nasional) di Festival Film Solo (FFS) 2014. Sedangkan di kategori Gayaman (pelajar-nasional), film 10-11 karya Tia Liztiawati dari SMA Negeri 1 Karanggede, Boyolali yang membawa pulang Keris Pusaka Gayaman.
Festival Film Purbalingga (FFP)dibuka pada Sabtu 3 Mei 2014 di Dusun Karanggedang, Desa Panusupan, Kecamatan Rembang, Purbalingga. Pembukaan tersebut sekaligus mengawali Layar Tanjleb, program unggulan FFP yang memutar film keliling desa di wilayah Banyumas Raya, serta rangkaian program lain yang akan berlangsung sampai 31 Mei 2014.
Dokumenter pendek The Flaneurs #3 karya Aryo Danusiri meraih penghargaan Film Terbaik Kedua kategori Best SEA Shorts Festival Film ChopShots. Sedangkan film Jalanan yang disutradarai Daniel Ziv mendapat Audience Award. Penghargaan tersebut diberikan pada penutupan Festival Film ChopShots yang berlangsung Minggu, 27 April 2014 di Goethe Haus, Jakarta.
Selain memutar film-film Eropa, festival film Europe on Screen (EoS) kembali hadir dan melanjutkan tradisi menyelenggarakan Kompetisi Film Pendek untuk pembuat film Indonesia. Tahun ini, ada 152 film pendek yang diterima panitia (tahun lalu mencapai 208 film) dan tim seleksi telah memilih sepuluh film sebagai finalis
Tujuh film Indonesia berkompetisi dalam ChopShots Documentary Film Festival Southeast Asia 2014. Layu Sebelum Berkembang (Die Before Blossom) karya Ariani Djalal dan Masked Monkey: The Evolution of Darwin's Theory karya Ismail Fahmi Lubis bersaing dengan 10 film lain dalam kategori Kompetisi Internasional (International Competition).
Pemutaran film Darah dan Doa (1950) karya Usmar Ismail menutup rangkaian kegiatan Peringatan Hari Film Nasional (HFN) ke-64 yang diselenggarakan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dan Badan Perfilman Indonesia (BPI).
Dari 6 unggulan, Pohon Penghujan karya Andra Fembiarto meraih Ali Sadikin Award sebagai film pendek terbaik pada ajang Festival Film Pendek (FFP) Jabodetabek 2014. Pada kategori Skenario Film, film Vox Populi Vox Dei (Mulyantojoyo) meraih Misbach Yusa Biran Award.
Film pendek fiksi Lawuh Boled karya Misyatun dan dokumenter Tambaksari Last Land karya Fajar Kuncoro berhasil meraih STOS Award di South to South Film Festival (STOS) 2014. Sedangkan Menuk karya Bobby Prasetyo dan Menolak Menyerah karya Bambang HP mendapat Special Mention dari juri untuk masing-masing kategori.
Film pendek fiksi Sepatu Baru, dokumenter Akar, dan animasi Kitik meraih Film Pendek Terbaik pilihan juri utama pada tiga kategori kompetisi XXI Short Film Festival 2014. Pengumuman ini berlangsung pada Minggu, 16 Maret 2014 di Studio 1 Epicentrum XXI Kuningan, sekaligus menutup perhelatan festival film yang dimulai sejak 12 Maret tersebut.