Dokumenter tentang Misbach Jusa Biran, tokoh penting dalam pelestarian film nasional, keluar sebagai pemenang kompetisi dokumenter panjang Festival Film Dokumenter (FFD) 2013, yang berlangsung selama 9-14 Desember di Taman Budaya Yogyakarta.
Film yang diproduksi Hafiz Rancajale bersama kelompok Forum Lenteng ini mengungguli Begini Lho, Ed! karya Lasja F Susatyo dan Alit Ambara, Di Balik Frekuensi karya Ucu Agustin, Children of a Nation karya Sakti Parantean, serta Setelah 15 Tahun karya Tino Saroenggallo.
Dua tahun sebelumnya, Hafiz dan Forum Lenteng menjuarai kompetisi yang sama dengan film Dongeng Rangkas.Hariadi Saptono, mewakili dewan juri kompetisi dokumenter panjang yang juga melibatkan John Badalu dan Riri Riza, menganggap Anak Sabiran berhasil “menjelajahi mitologi terkait dengan sejarah bangsa lewat penuturan hidup seorang tokoh.”
Pada kompetisi dokumenter pendek, Flaneurs #3 karya Aryo Danusiri mengungguli 400 Words karya Ismail Basbeth, Intiong (India-Tionghoa) karya Gabriella Dhillon, Berteman dengan Perbedaan karya Budiyanto, Show Must Go On karya Diyah Verakandhi, Merah Itu Berani karya Mazda Radita Roromari, dan Farewell My School karya Ucu Agustin. Sementara itu Kampung Tudung karya Yuni Etifah keluar sebagai juara kompetisi dokumenter pelajar, disusul oleh Ksatria Sembrani karya Hestian Febriani yang mendapat penghargaan khusus dari dewan juri.
Penghargaan People’s Choice Award, penghargaan yang baru pertama kali diadakan sepanjang sejarah penyelenggaraan FFD, jatuh pada Begini Lho, Ed!. Penghargaan ini berdasar pada pemungutan suara penonton lewat sebuah formulir yang diserahkan sebelum pemutaran.
Tahun ini FFD menerima 95 film pendaftar untuk seluruh program kompetisinya. Panitia mengklain jumlah ini sebagai yang terbanyak sepanjang sejarah FFD semenjak pertama kali diselenggarakan pada 2001. Selain mengadakan kompetisi, FFD turut mengadakan program Spektrum dan Perspektif yang memutar berbagai film dokumenter dari seluruh dunia.
Mengusung tema No Bond No Boundaries, FFD berniat mempertanyakan dan meninjau ulang batasan serta ikatan yang selalu hadir dalam keseharian manusia. Adapun FFD mengadakan forum diskusi tentang “dokumenter hibrida” dan “dokumenter interaktif” untuk merespons perkembangan estetik dalam film dokumenter beberapa tahun terakhir.