The Mangoes membuka Festival Film Dokumenter (FFD) 2012. Film karya Tonny Trimarsanto ini merupakan salah satu dari 56 film yang diputar sepanjang FFD, 10-15 Desember, di Taman Budaya Yogyakarta. Pada penyelenggaraan yang ke-11 ini, panitia FFD menerima 81 film untuk berkompetisi, dengan rincian 14 dokumenter panjang, 50 dokumenter pendek, dan 17 dokumenter buatan pelajar. Setelah melalui proses penjurian madya, terpilihlah 19 nomine, yang terdiri dari 2 dokumenter panjang, 11 dokumenter pendek, dan 6 dokumenter buatan pelajar.
Setelah menjelajahi tema “Sejarah” tahun lalu, Festival Film Dokumenter 2012 melangkah dengan semboyan “Ya Basta!”. “Artinya ‘enough is enough’. Kami terinspirasi oleh gerakan Zapatista. Semangat ini awalnya muncul karena membaca berita tentang kasus FPI di Kalimantan, yang ternyata menghadirkan sejumlah implikasi terhadap sistem sosial di Indonesia,” tutur Suryo Adhi Wibowo, koordinator FFD, seusai pemutaran pembuka, “Jadilah kami menyusun program pemutaran Perspective untuk menampilkan apa yang sebenarnya kami maksud dengan ‘enough is enough’. Ada tujuh film, The Mangoes salah satunya.”
Selain memutar film, FFD turut mengadakan diskusi dan masterclass. Diskusi tahun ini bertajuk “Dokumenter dan Ingatan Sosial”, yang akan digawangi oleh dua pembuat film: Dag Yngvesson dan Kartika Pratiwi. Keduanya akan membahas model penuturan berbasis ingatan yang kerap muncul dalam dokumenter pasca-1998, dan implikasi dari penggunaan ingatan sebagai sumber informasi yang parsial. Sementara itu, masterclass FFD tahun ini akan membahas teknis suara dalam dokumenter, dengan Enrique Sanchez Lansch sebagai pemateri.
Informasi selengkapnya tentang FFD 2012 dapat diakses di situs resmi mereka.