Film pendek Menunggu Warna (Waiting for Colors)besutan sutradara Adriyanto Dewo lolos sebagai film terbaik dalam kompetisi film pendek Europe on Screen (EoS) 2014. Tiga dewan juri internasional EoS mengumumkan bahwa film hitam putih berdurasi 11 menit ini terpilih menang lantaran memiliki capaian sinematografi yang mumpuni serta konsep cerita yang kuat, terutama karena menyinggung fenomena hubungan sesama jenis dalam potret masyarakat Indonesia. Namun begitu, salah satu delegasi tim juri juga memberi sedikit catatan tambahan menyoal teknik bercerita yang sedikit terkesan disimplifikasi, “Padahal dalam kehidupan nyata, tentu fenomena (hubungan sesama jenis) yang sebenarnya jauh lebih kompleks, tidak sesederhana itu.” imbuhnya dalam sesi penutupan EoS yang berlangsung di gedung pusat kebudayaan Belanda, Erasmus Huis, Kuningan, 11 Mei 2014.
Adriyanto Dewo yang bernama lengkap Adriyanto Waskito Dewo adalah lulusan Institut Kesenian Jakarta. Kiprahnya sebagai sutradara menuntunnya meraih penghargaan Indonesian Film Festival dalam kategori sutradara terbaik yang diselenggarakan di Melbourne, Australia, tahun 2011 silam, lewat film pendeknya yang berjudul Nyanyian para Pejuang Sunyi (Song of The Silent Heroes). Di tahun berikutnya, pria kelahiran Jakarta ini juga menyutradarai dua film pendek untuk omnibus Hi5teria melalui filmnya yang berjudul Ghost Market dan omnibus Sanubari Jakarta melalui film yang kali ini berhasil menjuarai kompetisi film pendek EoS, Menunggu Warna.
Menunggu Warna mengisahkan Satria yang berhenti di sebuah lampu merah. Ia tak sengaja melihat Adam tengah menunggu sesuatu dari seberang jalan. Satria terlihat gusar menunggu lampu merah berganti hijau agar ia dapat menghampiri Adam. Lebih lanjut, film ini mengalir dan selesai tanpa dialog. Sepanjang film diputar, satu-satunya percakapan yang muncul hanya berasal dari program berita televisi di rumah Satria.
Selanjutnya, tim juri juga memberikan penghargaan khusus kepada film pendek Divergen (Divergent)garapan sutradara Cristian Imanuell. Sama halnya dengan Menunggu Warna, Divergen yang berdurasi tujuh menit juga tersaji tanpa dialog. Delegasi tim juri mengemukakan bahwa film ini terpilih karena memiliki visualisasi, gaya bertutur, dan capaian sinematografi yang baik. Sebagai tambahan, delegasi tim juri sedikit menyayangkan kualitas suara yang kurang maksimal. Divergen bercerita tentang seorang pelajar yang pindah ke sekolah baru, di mana ia kesulitan beradaptasi karena sekolah barunya ini cenderung menyeragamkan cara bertingkah laku dan berpikir siswa-siswinya.
Kompetisi film pendek EoS tahun 2014 ini menampung tidak kurang dari 150 film pendek karya sineas lokal. Pada tahap penyaringan, tim seleksi EoS memilih 10 film finalis untuk dikompetisikan, sembari diputar dalam rangkaian acara EoS yang berlangsung pada tanggal 2 – 11 Mei di Jakarta dan berbagai kota lainnya seperti Aceh, Bandung, Denpasar, Makassar, Medan, Padang, Surabaya, dan Jogjakarta. Pemenang festival film pendek EoS mendapatkan satu unit HD Camcorder.