Selain memutar film-film Eropa, festival film Europe on Screen (EoS) kembali hadir dan melanjutkan tradisi menyelenggarakan Kompetisi Film Pendek untuk pembuat film Indonesia. Tahun ini, ada 152 film pendek yang diterima panitia (tahun lalu mencapai 208 film) dan tim seleksi telah memilih sepuluh film sebagai finalis. Para tamu internasional akan dipilih untuk menjadi juri kompetisi, sekaligus memberikan pandangan mereka terhadap film-film tersebut. Selain memperebutkan satu buah HD Camcorder, sepuluh film finalis berkesempatan diputar di Jakarta, Aceh, Bandung, Denpasar, Makassar, Medan, Padang, Surabaya, Yogyakarta selama festival berlangsung, 2-11 Mei 2014.
“Kami melakukan pra-seleksi dan mendapatkan sekitar 40 film pendek yang beragam. Kemudian, kami memilih film-film yang sesuai untuk pemutaran berdurasi 90-100 menit. Tentu saja pertimbangannya tidak hanya itu. Pada akhirnya, kami memilih 10 film yang kami rasa berhak dan berkesempatan memenangkan sesuatu.” ujar Orlow Seunke, Direktur Festival EoS 2014.
Bersamaan dengan konferensi pers pada Selasa, 22 April 2014 di Bali Room, Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Europe on Screen menggelar diskusi antar komunitas film dan blogger. Diskusi tersebut membahas perkembangan film pendek Indonesia, dilihat dari tiga tahun berjalannya Kompetisi Film Pendek EoS, serta bagaimana EoS dapat berkontribusi lebih untuk itu. Pada acara tersebut, pembuat film pendek Jason Iskandar, Robin Moran, dan Orlow Seunke hadir sebagai pembicara panel, dengan Adrian Jonathan Pasaribu sebagai moderator.
“Saya belum melihat ada kemajuan yang signifikan dalam film pendek Indonesia. Namun, kami terus menyelenggarakan kompetisi ini untuk menstimulasi dan mendukung para pembuat film pendek di Indonesia. Film pendek punya peran penting sebagai pembentuk industri, dan Indonesia memiliki banyak sekali potensi.” ujar Orlow membuka diskusi. Sejauh ini, upaya EoS mendukung film pendek Indonesia antara lain lewat lokakarya, pemutaran film finalis kompetisi ke beberapa kota, serta memilih juri dari tamu internasional.
Jason Iskandar, finalis kompetisi EoS tahun ini dan beberapa tahun sebelumnya, menyebutkan bahwa persoalan yang sering ia temui sebagai pembuat film pendek adalah distribusi. “Saat ini, pembuat film pendek masih harus mendistribusikan filmnya sendiri.” Meskipun begitu, pengalaman mengikuti festival, salah satunya EoS, tetap penting untuk menjalin networking serta bertemu para penonton langsung. “Kalau saat membuat film banyak energi kita yang terpakai, setelah bertemu penonton seperti mengisi energi lagi.” Sedangkan Robin Moran, bercerita tentang pengalamannya memanfaatkan kanal online untuk film pendeknya. “Film pendek itu ibarat sarana latihan. Ketika bisa mengikuti suatu festival, ada kebanggaan tersendiri. Namun, saya juga punya pengalaman ketika film pendek saya tidak diterima di beberapa festival, tetapi ketika saya unggah ke kanal online, ternyata banyak penontonnya.”
Tahun ini, EoS tidak menyelenggarakan lokakarya tertentu tetapi menghadirkan bincang-bincang mendalam dengan beberapa sineas dalam maupun luar negeri. Semua acara pendamping berlangsung di Universitas Tarumanegara, Jakarta berupa diskusi bersama Olivier Horlait (Sutradara), Nora Richter (Editor), Joram Luersen (Sutradara), Sandra Nettelbeck (Sutradara), dan Thoersi Argeswara (Penata Musik), dengan topik tertentu, juga diskusi tentang animasi.
EoS tahun ini memasuki edisi ke-14 dan akan memutar 71 film dari 26 negara Eropa. Pada saat konferensi pers, Olof Skoog, Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, mengatakan, “Film-film ini tidak hanya ekspresi menakjubkan dari keragaman budaya kami tetapi juga cara yang ampuh untuk mengkomunikasikan ide"ide lintas batas. Sebagian dari film"film ini akan menghibur, sedangkan lainnya akan memprovokasi”.
Festival Film Eropa tersebut akan dibuka dengan film Philomena (2013), film Inggris karya sutradara Stephen Frears yang memenangkan penghargaan BAFTA 2014 untuk Best Adapted Screenplay dan mendapat empat nominasi penghargaan Oscar 2014 – termasuk Best Picture dan Best Actress. Malam Penutupan akan menyajikan film The Shooter (Skytten) (2013), film Denmark karya Annette K. Olesen.
Tidak banyak berbeda dengan konsep program tahun lalu, program pemutaran film di EoS terdiri dari tiga seksi utama dan tiga seksi sampingan. Tiga seksi utama terdiri dari program XTRA, DISCOVERY, dan DOCU. Sedangkan tiga seksi sampingan berupa pemutaran film untuk anak"anak, layar tancap di Erasmus Huis dan Taman Kodok, serta retrospektif komedian Prancis Jacques Tati.
Festival Film Eropa merupakan inisiatif bersama dari kedutaan-kedutaan besar dan pusat kebudayaan Eropa di Indonesia. Festival ini diselenggarakan di Indonesia untuk pertama kalinya pada tahun 1990 dan 1999 untuk kedua kalinya. Sejak 2003, festival ini mulai diselenggarakan setiap tahun di bawah nama Europe on Screen.
Finalis Kompetisi Film Pendek Europe on Screen 2014
Barbie (Rembulan Sekarjati & Sesarina Puspita)
Wachtenstaad (Fajar Ramayel)
Seserahan (Jason Iskandar)
Iris (Dira Nararyya)
Menunggu Warna (Adriyanto Dewo)
Asiaraya (Anka Atmawijaya Adinegara)
Divergen (Cristian Imanuell)
India Tionghoa (Gabriella Dhillon)
Pret (Firman Widyasmara)
Gundah Gulana (Wimar Herdanto)