Perbaikan Membutuhkan Perubahan. Itulah yang menjadi tagline dari penyelenggaraan Festival Film Indonesia (FFI) tahun ini. Pengertian tagline tadi juga yang menjadi bahasan utama dalam konferensi pers yang berlangsung di Auditorium Sinema, Gedung Nilai Budaya, Seni, dan Film (NBSF) Lt. 2, MT Haryono, pukul 14.00 hari ini. “Ini bukan sekadar event untuk orang film, tetapi event yang harusnya dirayakan seluruh masyarakat Indonesia.” ujar M. Abduh Aziz sebagai ketua penyelenggara FFI tahun ini.
Berangkat dari kekisruhan yang terjadi pada FFI tahun lalu dan juga tahun-tahun sebelumnya, maka perbaikan yang membutuhkan perubahan ini menjadi semangat untuk membangun kembali FFI bersama-sama termasuk juga mendapat kepercayaan dari banyak pihak. “Kami mencoba belajar dari FFI-FFI yang sebelumnya. Namun, perubahan tidak akan langsung terjadi begitu saja, ada sebuah komitmen untuk evaluasi terus-menerus apa yang dikerjakan. Yang jadi persoalan selama ini adalah bagaimana melibatkan stakeholders film dalam setiap tahap. Ini kemudian dicoba diterapkan ketika panitia ini berdiri. Kami menampung semua aspirasi, semua masukan, semua kritik, dan menemukan bahwa kita punya kesamaan.”
Salah satunya terkait kepanitiaan atau manajemen organisasi yang disebut Abduh sebagai jantung dari penyelenggaraan FFI. Ia menyatakan panitia terdiri dari praktisi, akademisi, juga pemerintah. Panitia FFI 2011 diselenggarakan oleh Panitia Penyelenggara yang dibentuk dengan Surat Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata KM. 58/OT.001/MKP/2011, 10 Juli lalu. Panitia Penyelenggara FFI 2011 dibentuk untuk mengisi kekosongan karena Badan Perfilman Indonesia (BPI) yang bertugas menggantikan Komite Kerja Festival Film Indonesia (KKFFI) sebagai penyelenggara FFI mulai tahun ini masih dalam proses pembentukan. BPI akan menjadi penyelenggara FFI di tahun-tahun selanjutnya.
Hal yang menarik adalah perubahan pada sistem penjurian film bioskop. Ketua Bidang Penjurian Totot Indrarto menyatakan bahwa kualitas penyelenggaraan FFI dipertaruhkan pada bidang ini. Pada tahun ini, tidak ada lagi komite seleksi yang berperan untuk memilih film sebelum penjurian. Hal ini karena terjadi tumpang tindih fungsi dan penilaian. “Kami mencoba mencari format penjurian yang paling fair. Ada tawaran mekanisme bahwa penjurian untuk FFI berlangsung sepanjang tahun. Namun, saat ini kami mencoba menerapkan sistem yang mendekati itu. Dalam penjurian tahun ini juri hanya menonton sedikit film. Ada tim seleksi yang memilih memilih beberapa film (dengan fokus kategori tertentu).”
Totot menambahkan bahwa penjurian kali ini melibatkan orang-orang dari profesi dan keahlian tertentu sehingga parameternya jelas. Tahap seleksi ini kelihatannya berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Sumber FI menyebutkan bahwa tim seleksi ini kemungkinan bisa langsung memilih unggulan. Totot juga menjelaskan bahwa banyak aspirasi yang menyuarakan agar film otomatis terdaftar. Namun, dengan waktu kerja yang minim, untuk tahun ini cara yang dinilai efektif masih melalui pendaftaran.
Keterlibatan pihak yang lebih luas juga menjadi sasaran perubahan yang ingin dimulai panitia FFI 2011 ini. Abduh mengharapkan FFI bisa menjadi stimulus pengembangan industri film yang terdesentralisir. “Daerah tidak sekadar menjadi penonton, tetapi juga aktor dalam perkembangan industri.” ujarnya. Hal ini berkaitan dengan rencana penyelenggaraan FFI yang disebut-sebut oleh Syamsul Lussa, Direktur Film Kementerian Budaya dan Pariwisata, akan berlangsung di Kalimantan Timur, meski hal itu masih tentatif. Selain itu, keterlibatan yang lebih luas juga hendak dicapai melalui acara-acara pendukung festival seperti workshop, pemutaran film-film nominasi secara keliling, lomba kritik film, dan adanya penghargaan pilihan wartawan dan penghargaan pilihan penonton.
Perubahan lain yang akan dilaksanakan pada FFI tahun ini adalah Kompetisi Film Televisi untuk kategori film cerita lepas untuk memperebutkan Piala Vidia. “Kami melihat adanya hubungan antara FTV dengan film bioskop karena melihat bakat-bakat yang muncul di FTV kemudian dapat berkontribusi di film bioskop.” jelas Lalu Roisamri, Wakil Ketua I. Tidak hanya itu, tahun ini juga hadir kembali tradisi penganugerahan Piala Citra untuk Penulis Cerita Asli Terbaik yang pernah ada dalam FFI 1982-1991.
Rencana-rencana perubahan ini akan tertuang dalam buku pedoman. Namun, buku pedoman tersebut masih harus melalui satu tahap lagi untuk diresmikan yakni melalui rapat pleno bersama penasihat dan dewan pengarah yang akan berlangsung Selasa, 23 Agustus mendatang. Hasil resmi penyelenggaraan FFI termasuk buku pedoman ini akan disosialisasikan bersamaan dengan peluncuran FFI 2011 oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik pada Kamis, 25 Agustus.
Alokasi Dana 4 Milyar
Abduh menyatakan bahwa pada FFI 2011, kerja sama dan hubungan dengan pemerintah sangat penting terkait dengan semangat menjadikan FFI sebagai event bersama. Dalam kesempatan tanya jawab, Syamsul menyatakan alokasi dana dari pemerintah sebesar empat miliar rupiah. Subagijo, yang menangani Bidang Keuangan mengatakan bahwa alokasi terbesar dari nilai tersebut digunakan untuk operasional. “Untuk hadiah tidak terlalu besar, tapi untuk pelaksanaannya, dari seleksi sampai penjurian yang cukup besar.” ujarnya. Ketika ditanya mengenai rencana sumber pemasukan lain, ia menjawab, “Insya Allah untuk tahun ini kelihatannya agak mencukupi karena empat miliar itu kita lelang. Ternyata yang dipilih dari pengajuan pelelangan itu yang akan dicairkan itu 3,3 miliar. Empat miliar itu kan nilai yang kita lelang, ternyata ada yang berani menawar 3,3 M. Itu yang kita kelola.” tambahnya lagi.
Susunan Personalia
Panitia Penyelenggara Festival Film Indonesia 2011
A. Penasihat: Menteri Kebudayaan dan Pariwisata
B. Pengarah: 1. Direktur Jenderal Nilai Budaya, Seni, dan Film;
2. Direktur Jenderal Aplikasi Informatika;
3. Direktur Perfilman;
4. Direktur Penyiaran Kemenkominfo;
5. Ketua Umum Persatuan Produser Film Indonesia (PPFI);
6. Ketua Umum Persatuan Karyawan Film dan Televisi Indonesia (KFT);
7. Ketua Umum Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI);
8. Ketua Umum Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia (GBPSI);
9. Buntje Harbunangin (Staf Khusus Menbudpar);
10. Deddy Mizwar;
11. Christine Hakim;
12. Garin Nugroho;
13. Jenny Rachman;
C. Pelaksana: 1. Ketua: M. Abduh Aziz
2. Wakil Ketua I: Lalu Roisamri
3. Wakil Ketua II: Alex Kumara
4. Wakil Ketua III: Halim Mahfudz
5. Sekretaris: Labbes Widar
6. Ketua Bidang Penjurian Film Bioskop: Totot Indrarto
7. Ketua Bidang Acara Pendukung Film Bioskop: Lulu Ratna
8. Ketua Bidang Penjurian Film Televisi: Akhlis Suryapati
9. Ketua Bidang Acara Pendukung Film Televisi: Aditya Gumay
10. Bidang PR: Tony Andrianto
11. Bidang Official TV: Official TV
12. Bidang Umum: Vashti Trisawati Abidana
13. Bidang Keuangan: Subagijo
Garis Besar Agenda FFI 2011
a. Pendaftaran film peserta 25 Agustus – 8 Oktober 2011
b. Pengumuman nominasi 10 November 2011
c. Malam Anugerah Piala Vidia 26 November 2011
d. Malam Anugerah Piala Citra 10 Desember 2011