Film pendek Purbalingga dan Jakarta keluar sebagai pemenang Festival Film Solo (FFS) 2012. Langka Receh karya Miftahakatun dan Eka Susilawati, sineas asal SMP 1 Atap Karangmoncol Purbalingga, menjadi film terbaik kategori Gayaman (pelajar), sementara Payung Merah karya Andri Cung dan Edward Gunawan keluar sebagai pemenang di kategori Ladrang (umum). Di seksi Tarung Solo, kompetisi untuk film pendek produksi Solo, Jago Tarung karya Abdurrachman Sya’Bani Nasution keluar sebagai pemenang, mengalahkan Diam karya Novian Anata Putra dan Pilihanku karya M. Aldila Isnaadi. Pengumuman film pemenang dilakukan saat malam penutupan FFS 2012, 13 Mei di Teater Besar ISI Surakarta.
Kemenangan Langka Receh melanjutkan kesuksesan sineas Purbalingga di kategori Gayaman FFS, setelah tahun sebelumnya Pigura karya Darti dan Yasin Hidayat mengukir prestasi serupa. Langka Receh sukses mengalahkan tiga unggulan lainnya: Coffeegination karya Danang Adi Wiratama (Salatiga), Boim karya Suryo Wiyogo (Yogyakarta), dan Oleh-Oleh Jakarta karya Yasin Hidayat (Purbalingga). “Beberapa unggulan masih terjebak bentuk, terbebani membawa ide-ide besar. Hasilnya terlihat keren, tapi keren semata. Film-film tersebut menjadi tidak jujur dalam menyampaikan gagasannya,” jelas Ariani Darmawan, salah seorang juri Gayaman, sebelum penyerahan penghargaan, “Langka Receh menang karena kesederhanannya. Film asal Purbalingga ini mempunya fokus dalam bercerita, logis, dan mampu memanbung elemen-elemen dalam film dengan baik.”
Wildan M, guru pendamping dari SMA 1 Atap Karangmoncol, mengungkapkan bahwa Langka Receh dibuat dengan bujet Rp. 500.000. “Total kru kami hanya sepuluh orang. Semuanya anak SMP. Proses produksi kami jalani dengan kepercayaan dan motivasi,” ujarnya saat menerima penghargaan.
Kesuksesan Payung Merah di Solo meneruskan prestasi cemerlang film tersebut selama setahun terakhir. Sebelumnya, Payung Merah menjadi film terbaik Asian Short Film Awards 2011 di Singapura dan nominasi film pendek terbaik Festival Film Indonesia 2011. “Kemenangan ini menjadi penghargaan kami selama ini,” tutur Andri Cung saat menerima penghargaan. Tiga film yang bersaing dengan Payung Merah adalah Toilet karya Loeloe Hendra dan Fahrul Tri Hikmawan (Yogyakarta), Garis Bawah karya Ray Farandy Pakpahan (Jakarta), serta Ritual karya Ismail Basbeth (Yogyakarta). “Film-film unggulan Ladrang tahun ini banyak meminjam ide-ide besar. Dalam festival film alternatif seperti ini, karya-karya yang tampil seharusnya membawa gagasan yang segar dan cerdas,” jelas Ifa Isfansyah, salah seorang juri Ladrang, sebelum penyerahan penghargaan, “Oleh karenanya, setelah berembuk, tim juri memutuskan film yang menang tahun ini adalah film yang paling sedikit kelemahannya.”