Film Teru Teru Bozu (Semarang) mendapat empat dari lima penghargaan kompetisi film pendek Ganesha Film Festival 2012 (Ganffest 2012). Teru Teru Bozu meraih penghargaan Dalang Mumpuni (Sutradara Terbaik), Lakon Mumpuni (Pemain Terbaik), Sasauran Pangsaena (Ide Terbaik), dan Gajah Emas (Film Terbaik). Sedangkan penghargaan Gading yang Tak Retak (Teknis Terbaik) diraih oleh film Saving Brother (Yogyakarta). Para pemenang ini merupakan pilihan para juri yang terdiri dari Seno Gumira Ajidarma (Sastrawan), Ronny P. Tjandra (Direktur Jive Collection), Tobing Jr (Koordinator Komunitas Layar Kita), dan Sony Budi Sasono (Creative Head Sembilan Matahari). Selain itu, penghargaan Honorable Mention sebagai pemeran pembantu terbaik diberikan untuk Status (Yogyakarta). Internet Addict mendapat Honorable Mention pilihan kurator walau tidak masuk 15 Official Selection.
Dua film pemenang tadi dinilai bersama 13 film pendek lainnya yang berhasil masuk 15 Official Selection Ganesha Film Festival (Ganffest) 2012. Total ada 136 karya yang masuk, dengan pengirim dari Aceh sampai Kendari. Lima belas film pendek ini dipilih oleh tim kurator dari Liga Film Mahasiswa (LFM) ITB, dan kemudian diputar pada 3-4 Februari 2012 di Bioskop Kampus ITB Ruang 9009. "Jumlah 15 film terpilih ini memang sudah dari Ganffest pertama dan kami jadikan ciri khas Ganffest. Pemilihannya berdasarkan cerita. Kalau cerita menarik dan unik, kami beri nilai tambah. Namun, kalau ceritanya kurang bagus, kami lihat aspek lain yang menonjol, misalnya segi teknis atau artistik, juga kami pertimbangkan," ujar Nanda Ekaputra Panjiarga, Ketua Ganffest 2012. Pada tahun pertama penyelenggaraan, karya yang masuk ada sekitar 60 dengan lingkup Jawa-Bali, sedangkan pada tahun kedua, ada sekitar 80 karya yang masuk dengan lingkup dari seluruh Indonesia.
Selain memutar film-film kompetisi tersebut, ada juga pemutaran spesial beberapa film antara lain, Euphoria, Bermula dari A, dan Say Hello to Yellow karya B.W. Purbanegara, Trilogi Payung Merah dari Add Words Production, dan film-film karya LFM ITB sendiri.
Pada tahun ketiganya ini, Ganffest mengusung tema Mov(i)e On!, yang melambangkan harapan dari Ganffest itu sendiri, yakni agar perfilman Indonesia kembali "move on", bergerak kembali menuju perbaikan. Untuk mencapai perbaikan itu, dibutuhkan film-film yang dibuat dengan kreativitas dan inovasi. Ganffest sendiri pada awalnya merupakan upaya LFM ITB untuk membuat acara yang menggabungkan empat bidang LFM ITB: fotografi, videografi, kineklub, dan pertunjukan. "Pertama kali dijalankan pada 2008 dan ada festival film, pameran fotografi, bidang kineklub yang mengkurasi, dan bidang pertunjukan yang mengekshibisi. Tentunya, festival ini diselenggarakan oleh mahasiswa," jelas Fachry Ramadyan, Ketua Umum LFM ITB.
Setiap penyelenggaraan Ganffest yang berlangsung dua tahun sekali, baik tema maupun program acaranya selalu berbeda. Tahun ini, Ganffest fokus untuk mengenalkan film-film pendek dan pembuat filmnya yang selama ini belum dikenal publik. Maka pada setiap pemutaran film pendek juga dilanjutkan diskusi dengan para pembuat film tersebut. "Pembuat film pendek kesulitan mendistribusikan dan memublikasikan karyanya, tempat pemutaran juga jarang, jadi tujuan kami kali ini mewadahi pembuat film. Jadi mereka mendaftarkan film dengan gratis, kami kurasi, kami publikasikan, kami putar, lalu dinilai oleh juri, dan ada penghargaan. Kemudian, setiap tahun kami selalu membuat DVD kompilasi. Tahun ini kami berencana mengajak Jive Collection bekerja sama untuk membantu distribusinya," tambah Fachry lagi.
Berdasarkan tiga unsur film, kreativitas, dan inovasi tadi, selain kompetisi dan pemutaran film pendek, Ganffest 2012 juga menyelenggarakan Gimme 5!, kompetisi video dengan durasi di bawah lima menit dengan tema Making Movie is Fun!. Pemenang kompetisi tersebut adalah Retorika karya Aviandito Prasetio dan Making Movie is Fun karya Fikri Gustin dari Bandung. Ada pula kompetisi Innovaction: Innovative Movie Making Competition, suatu kompetisi yang menantang inovasi dan kreativitas dalam mengambil dan mengedit adegan dalam film. Peserta dapat mengirimkan tahap per tahap cara unik dan menarik dalam pembuatan film sekaligus mengirimkan hasilnya, misalnya pemberian efek-efek tertentu pada film. Pemenang kompetisi ini adalah Nambal Video karya Sangkanparan dan Hunt karya Bastian. Sayangnya, karya-karya kompetisi ini tidak diputar untuk publik.
Pengalaman Menonton
Berdasarkan data yang didapat dari publikasi Ganffest 2012, ada sekitar 2.000 orang datang selama dua hari perhelatan acara utama Ganffest, yang juga bersamaan dengan acara ITB Fair 2012. Hampir di setiap jam pemutaran dipenuhi penonton, dengan kapasitas Bioskop Kampus untuk 250 orang. Lima puluh orang penonton pertama yang mengisi buku tamu pada setiap pemutaran, mendapatkan kacamata 3D hand-made untuk merasakan 3D Video Experience ketika menonton satu video profil dalam bentuk 3D yang dibuat oleh teman-teman dari Indonesia, sebelum pemutaran film utama. Selain itu, setiap penonton juga akan diberikan popcorn, yang menurut Nanda, itu merupakan bagian dari tradisi menonton di Bioskop Kampus.
"Popcorn itu sudah jadi ciri khas Bioskop Kampus. Selain untuk pemutaran Ganffest, Bioskop Kampus juga melakukan pemutaran rutin dan setiap pemutaran memang selalu bagi-bagi popcorn gratis. Sedangkan untuk 3D experience, ya kami ingin memberikan sesuatu yang baru, inovasi dari segi teknis karena ini kan acaranya ITB, kami juga harus punya inovasi itu, termasuk dalam pemutaran film. Tahun ini, kamu memutar video 3D di bioskop kampus dan sepertinya belum ada yang pernah melakukannya. Itu juga kenapa pada branding Ganffest tahun ini, nuansanya banyak 3D, untuk mengesankan inovasi dan teknologi itu," tambah Nanda lagi.
Selain 3D Video Experience, Ganffest juga membuat Bismegaplex, bioskop kecil dalam sebuah bis yang tidak berjalan. Film-film yang diputar adalah 15 film official selection tadi dalam bis berkapasitas 25 orang. Seperti bis pada umumnya, tetapi disusun sedemikian rupa dengan adanya layar buatan dengan proyektor yang ditembak dari belakang layar. Posisi layar ini berada di antara bangku paling depan dengan bangku pengemudi, sehingga penonton tidak dapat melihat bangku pengemudi karena penuh tertutup layar.
"Bismegaplex juga salah satu hal baru yang hendak kami hadirkan. Lagipula, kami juga ingin menarik dua massa. Massa yang belum tahu apa-apa tentang film pendek dan independen, dan massa yang memang suka menonton film-film ini. Massa yang suka akan dengan sukarela datang. Sedangkan massa yang belum tahu, kami membuat mereka tertarik dari segi pemutarannya, baru kemudian mereka akan melihat filmnya yang ternyata bagus juga," jelas Nanda soal Bismegaplex.
Gema Satria, salah seorang pengunjung yang mencoba Bismegaplex memberikan kesannya menonton di sana. "Inovatif dan memberikan pengalaman baru. Namun, sebaiknya ide ini bisa dikembangkan dan dibuat lebih serius, misalnya bis ini bisa dimodifikasi lagi, karena bisa jadi alternatif dalam menonton film. Kali ini belum sepenuhnya nyaman karena penonton yang di belakang terhalang penonton yang di depan dan layarnya juga kurang rata."
15 Official Selection Ganesha Film Festival 2012
1. Piring Kayu (Fitriana Lestari, Sukabumi)
2. Anoman (Raphael Wregas Bhanuteja, Jakarta)
3. Saving Brother (Rio Simatupang, Yogyakarta)
4. Selalu Ada (M. Ammar Kanz, Depok)
5. Status (Bambang C. Irawan, Yogyakarta)
6. Teru Teru Bozu (Dimec Tirta Franata, Semarang)
7. Voice and Light (M. Amrul Ummami, Bekasi)
8. Ealah (Abdurrachman Sya’bani N., Solo)
9. It’s Your Wedding Day (Abdallah Gafar, Lulu Fahrullah, Sofyana Ali Bindiar, Bandung)
10. Pending (Abu Dzar Al Ghifari, Windy Astuti, Bandung)
11. It Could Have Been a Perfect World (Adhyatmika, Jakarta)
12. Beriak di Dalam (Edo R. Rahman, Yogyakarta)
13. Alive (Adhitya I. Mahaputra, Yogyakarta)
14. Pisang (Karin Sentosa, Jakarta)
15. Allegori (Albert Koto Indardyo, Jakarta)