Edisi keenam Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) resmi dibuka pada hari Selasa, 13 Desember 2011. Seusai atraksi Qosidah keliling Taman Budaya Yogyakarta, Budi Irawanto, direktur festival, mengumumkan bahwa JAFF tahun ini mengusung tema Multitude. Fokusnya adalah pembentukan wacana tandingan terhadap kapitalisme global, yang kerap menyamaratakan sinema dunia.
Dibuka dengan The Green Wave, dokumenter eksperimental dari Iran, JAFF memutar sejumlah film panjang dan pendek, yang menonjolkan keunikan negara-negara Asia. Indonesia sendiri diwakili oleh 18 film pendek dan lima film panjang (Lovely Man, Mocca: Life Keeps on Turning, Jakartarck, The Raid, dan ?). Pemutaran akan dilakukan di tiga tempat: Taman Budaya Yogyakarta, Lembaga Indonesia Prancis, dan Empire XXI (khusus The Raid).
Selain ekshibisi, seperti tahun-tahun sebelumnya, JAFF juga ditujukan sebagai titik temu komunitas film independen di Indonesia. Ada empat komunitas yang akan presentasi di program Forum Komunitas: Avikom UPN (Yogyakarta), Sinematografi UNAIR (Surabaya), Sangkanparan (Cilacap), dan Finger Kine Klub (Salatiga). Selain itu, panitia JAFF menyediakan sebuah rumah di daerah Gayeng, tidak jauh dari Taman Budaya Yogyakarta. Di rumah tersebut, para komunitas film dari luar Yogyakarta bisa menginap dan mengadakan diskusi tiap malamnya. "Inilah alasan festival dibuka dengan Qosidah dan para panitia mengenakan baju Lebaran. Kami siap menerima tamu," ujar Budi dalam pidato pembukaan JAFF.
Sebagai pelengkap, JAFF turut mengadakan sebuah seminar terbuka. Temanya adalah Cinephilia dan Perkembangan Sinema Indonesia. Pembahasannya adalah isu kepenontonan di Indonesia, atau bagaimana relasi personal penonton dengan film mempengaruhi perkembangan sinema Indonesia.
Jadwal dan daftar program JAFF 2011 selengkapnya dapat diakses di situs web resmi JAFF.